MATARAM, LOMBOKTODAY.ID – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, meluncurkan 50 koperasi desa percontohan dengan modal awal Rp50 juta per koperasi, sebagai modal awal agar dapat memulai menjalankan usaha, membangun portofolio bisnis dan mengukur kapasitas kredit dalam satu tahun.
‘’Kalau kita tidak kawal, tidak mungkin koperasi besar itu bisa lahir. Pemerintah tidak boleh hanya mencari aman, jadi kita harus memberi contoh,’’ kata Guberur Iqbal, saat menghadiri dan memberikan sambutan pada acara Musyawarah Wilayah (Muswil) Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Provinsi NTB, di Bank NTB Syariah, Selasa (9/12/2025).
Langkah ini diambil Gubernur Iqbal guna menegaskan kembali komitmennya dalam mempercepat transformasi koperasi desa dan meningkatkan ekonomi rakyat.
Ia menguraikan, bahwa sejak muda ia dibesarkan dalam pemikiran ekonomi yang menekankan kemandirian, sebuah prinsip yang selalu ia bawa ke mana pun ia pergi.
‘’Saya selalu mengingat satu kalimat, koperasi adalah jalan kita untuk menolong diri kita sendiri melalui usaha bersama,’’ ucapnya.
Menurut Gubernur Iqbal, semangat koperasi adalah penolak ketergantungan dan penegasan bahwa pertolongan pertama dalam ekonomi harus lahir dari masyarakat itu sendiri.
‘’Banyak pemikir sosial dan ekonom yang menegaskan bahwa kemajuan bukan hanya ditentukan oleh faktor eksternal, melainkan dari kekuatan kolektif masyarakat,’’ ujarnya.
Bahkan, ajaran-ajaran moral dan religius menekankan pentingnya memudahkan kesulitan dan mendekatkan yang terasa jauh, sebuah prinsip yang semakin relevan di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil dan tekanan inflasi yang tinggi.
Gubernur Iqbal menilai, koperasi adalah inti dari ekonomi kerakyatan yang selama ini diperjuangkan Indonesia. Ia mengingatkan bahwa bangkit bersama bukan sekadar slogan, tetapi sebuah prinsip kerja yang harus diterapkan. ‘’Bangkit itu bukan menunggu dibangkitkan, tetapi bergerak bersama,’’ ucapnya.
Ia menyadari meski koperasi Indonesia tumbuh sejak awal abad ke-20, namun kondisinya kini justru memprihatinkan. Di mana, banyak koperasi besar yang dahulu berjaya, tapi kini hilang satu per satu.
Sementara di negara-negara maju, koperasi justru tumbuh lebih kuat. Ia mencontohkan beberapa koperasi raksasa dunia seperti Rabobank di Belanda serta jaringan Raiffeisen di Jerman, Austria dan Swiss.
Koperasi-koperasi tersebut menguasai sektor pangan hingga perbankan, bahkan mampu mengambil alih bank besar dunia. Sebaliknya, di Indonesia dengan hampir 300 juta penduduk dan memiliki basis anggota koperasi terbesar di dunia, justru belum memiliki satu pun koperasi yang mampu menembus kelas global.
‘’Akar ekonomi bangsa ini adalah gotong royong dan solidaritas. Selama logika kapitalisme yang hanya menguntungkan yang kuat masih mendominasi, rakyat kecil akan selalu tertinggal,’’ ungkapnya.
Jadi, untuk memperbaiki kondisi ini, maka Gubernur Iqbal menginstruksikan Bank NTB Syariah untuk mempercepat transformasi koperasi, khususnya Koperasi Desa Merah Putih (KopDes MP).
Gubernur Iqbal menilai, birokrasi selama ini terlalu lambat dalam merespons kebutuhan pengembangan koperasi, sehingga ia meminta Bank NTB Syariah untuk bergerak cepat.
Bangsa Indonesia, menurutnya, bukan bangsa yang belajar dari buku semata, tetapi dari contoh nyata. Itu sebabnya, 50 koperasi desa percontohan ini nantinya akan menjadi model yang dapat direplikasi ke seluruh daerah.
Diakuinya saat ini, sekitar 1.166 desa dan kelurahan di wilayah yang berpotensi menjadi basis koperasi desa. Jika setiap koperasi desa mampu memiliki kapitalisasi minimal Rp1 miliar, maka valuasi koperasi desa secara keseluruhan dapat mencapai lebih dari Rp1 triliun.
‘’Tentu ini akan menciptakan jaringan distribusi logistik paling merata di Indonesia. Setiap desa bisa menjadi simpul ekonomi,’’ jelasnya.
Dengan jaringan koperasi desa, distribusi barang dapat menjadi lebih efisien daripada rantai distribusi perdagangan besar yang selama ini dikuasai swasta.
Dalam skema itu, koperasi desa menjalankan distribusi lokal, sementara koperasi pusat menangani distribusi antar-kabupaten dan antar-wilayah, membentuk ekosistem logistik rakyat yang lebih murah dan mandiri.
Gubernur Iqbal menekankan pula tiga hal penting yaitu, perlu dibangun kompetensi pusat yang melibatkan akademisi, universitas, pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat kapasitas koperasi.
Harus ada eksperimen-eksperimen model bisnis koperasi, yang tidak hanya mengandalkan sistem simpan-pinjam yang kini lebih banyak dipakai untuk berutang daripada berproduksi.
Partisipasi anggota harus menjadi ruh koperasi, agar tidak terjadi praktik di mana hanya sedikit orang yang menikmati manfaat koperasi.
Koperasi harus menjadi wadah yang inklusif, di mana setiap anggota memiliki peran. Mulai dari pengelola dapur umum dalam kegiatan desa, tim pemelihara jalan hingga pengelolaan usaha-usaha kecil masyarakat.
Semua harus menjadi bagian dari ekosistem koperasi. ‘’Kita harus memiliki kehormatan bahwa pendapatan saya berasal dari kerja, bukan keberuntungan,’’ ucapnya.
Gubernur Iqbal menutup sambutannya dengan ajakan kuat untuk menghidupkan kembali koperasi sebagai roh ekonomi bangsa.
‘’Koperasi bukan sekadar lembaga. Koperasi adalah jalan, koperasi adalah gerakan, koperasi adalah roh ekonomi kerakyatan,’’ tutupnya.
Untuk itu, ia meminta dukungan semua pihak guna mempercepat transformasi koperasi desa, sehingga Indonesia mampu melahirkan koperasi berskala dunia dan kembali menempatkan ekonomi rakyat sebagai tiang utama kemandirian bangsa.(ltn)
















