KEMBALINYA KEKAISARAN

- Jurnalis

Senin, 30 Juni 2025 - 06:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lalu Niqman Zahir.

Lalu Niqman Zahir.

Oleh: Lalu Niqman Zahir |

INI bukan membahas salah satu episode film Star Wars. Tetapi ini tentang pembalasan Iran kepada Israel yang telah menyerang Iran pada hari Jumat 13/05/2025. Israel menyerang Iran dengan alasan yang dibuat-buat, yaitu mencegah Iran untuk memproduksi bom nuklir yang akan membahayakan keamanan dan stabilitas kawasan Timur Tengah. Padahal yang seringkali merusak keamanan dan stabilitas kawasan Timur Tengah adalah Israel sendiri, dan Iran belum terbukti sedang memperkaya uranium untuk membuat bom nuklir.

Para pengamat Barat, meyakini bahwa serangan Israel pada hari Jumat yang telah membunuh salah satu pimpinan IRGC dan merusak sejumlah instalasi militer telah melemahkan Iran. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Balasan Iran sejak hari Jumat sampai hari Senin telah meluluhlantakan kota-kota Palestina yang diduduki Israel seperti Tel Aviv dan Haifa.

Barat telah memandang sebelah mata terhadap kemampuan bangsa Iran. Walaupun telah diberikan sanksi yang berat, ketat dan telah berlangsung bertahun-tahun, akibat program nuklirnya. Namun Iran telah menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Iran yang dulunya dijuluki Persia adalah bangsa yang besar dan tangguh. Dan wilayah kekuasaan kekaisaran Persia membentang luas, sejak berdiri pada 500 tahun sebelum masehi.

Serangan balik Iran yang telah menghancurkan Israel, juga merupakan panggung pertunjukan bagi Iran. Iran telah mampu mengembangkan alutsistanya, sehingga menjadi negara yang mandiri secara militer. Juga menunjukkan bahwa Iran merupakan negara yang memiliki kekuatan militer yang tangguh di Timur Tengah. Implikasinya secara geopolitik, Iran merupakan polar baru yang perlu diperhitungkan Barat di Timur Tengah. Moncernya pengaruh geopolitik Iran di Timur Tengah inilah yang membuat kecemburuan proxy Barat, yaitu Israel.

Israel selama puluhan tahun dikenal memiliki kemampuan militer yang hebat. Sehingga ditakuti oleh tetangga negara-negara Arabnya. Namun akibat perang di Gaza, telah sirna mitos dan kekuatannya. Tentara IDF yang dikenal bak Superman, dibuat ketakutan okeh milisi Al-Qasam. Alutsista Israel yang hebat seperti Merkava dapat mudah dihancurkan oleh senjata produksi UMK, Yasin 105. Demikian juga Iron Dome dibuat mainan oleh roket-roket buatan home industry. Sehingga Israel tidak mampu mengalahkan Gaza dalam waktu singkat, bahkan sampai hampir dua tahun Gaza tetap survive.

Kondisi tersebut membuat Israel frustrasi. Sehingga Israel semakin brutal menyerang Gaza dan tidak memandang bulu sipil atau militer, laki-laki ataupun perempuan dan anak-anak. Akibatnya puluhan ribu penduduk Gaza telah tewas dan 100 ribu terkuka, yang 70 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak. Sehingga Amnesti Internasional (2024) dan University Network on Human Right (2024) di Amerika juga menyatakan Israel melakukan genosida. Bahkan International Court of Justice telah menetapkan PM Benjamin Netanyahu dan petinggi militernya sebagai penjahat perang.

Baca Juga :  75 Pegiat IT di NTB Ikuti Workshop Networking yang Digelar ASLI Computer Bersama Ruijie Indonesia

Perubahan geopolitik yang drastis bagi Israel dan semakin kuatnya peran Iran beserta proxy-proxynya tentu sangat mengkhawatirkan posisi Amerika Serikat dan sekutu Baratnya di Timur Tengah. Jadi penyerangan Israel ke Iran adalah atas restu dan didukung Amerika Serikat dan sekutu Baratnya, walaupun secara verbal mereka menyangkalnya.

Bangkitnya Kekaisaran Lama

Iran, bukan satu-satunya kekaisaran lama yang bangkit dan ditakuti oleh Barat. Iran yang merupakan penjelmaan kekaisaran Persia, kebangkitannya bersamaan dengan kekaisaran kuno lainnya, yaitu China, Rusia dan Turkiye. Keempat negara ini memang dulunya merupakan kekaisaran yang mendominasi dunia pada masanya.

China bangkit dengan kekuatan geopolitik, geoekonomi, dan geoteknologi. Sehingga China telah menjadi raksasa (polar) baru dunia di bidang militer, ekonomi, dan teknologi. Di bawah kekuasaan Xi Jin Ping, China makin mengukuhkan kekuasaannya di dunia. Rusia yang sangat kaya sumber daya alam dan kehebatan teknologinya telah bangkit kembali setelah terpuruk akibat pecahnya Uni Sovyet. Vladimir Putin telah mengubah Rusia menjadi negara tangguh secara ekonomi dan militer. Terakhir Turkiye, yang dulunya pusat dari Kekaisan Utsmaniyah, telah bangkit kembali di bawah pimpinan Recep Tayyip Erdogan. Turkiye yang dulunya diejek sebagai “negara sakit di Eropa“, telah berubah. Erdogan telah membawa kemajuan nyata bagi Turkiye baik dalam bidang ekonomi maupun teknologi militer.

Keempat negara yang merupakan penjelmaan kembali dari kekaisan lama telah tumbuh menjadi polar baru. Dan tentunya merupakan ancaman bagi dominasi Barat. Seperti biasanya Barat melabeli keempat negara dengan label buruk. Seperti negara authoritarian, demokrasi semu, kekaisaran setan dan lain sebagainya (Brands, 2024; dan Novo, 2022). Bahkan Novo memberi judul artikelnya bernada sinisme dan provokatif, “The Empires Strike Back: A New Age of imperialism”. Padahal seluruh dunia tahu.bahwa Amerika Serikat dan Eropa Barat lah yang telah menjadi imperialis sejati sejak abad 15 sampai abad 20. Bahkan walaupun secara fisik sudah hengkang dari negara-negara jajahannya, tapi secara sosial politik dan ekonomi masih menguasainya.

Bangkitnya keempat negara-negara tersebut tentu akan memperkecil dominasi geopolitik dan geoekonomi Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. Sehingga mereka tentu ingin mengeliminasi polar-polar baru yang muncul yang merupakan pesaing mereka.

Amerika Serikat dan sekutu Baratnya tidak siap menghadapi multipolaritas dunia, khususnya Amerika Serikat. Amerika Serikat telah mendominasi dunia sejak runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Sebagai penguasa tunggal dunia Amerika Serikat seenaknya mencampuri urusan dalam negeri suatu negara. Dan seringkali menggunakan kekuatan militer dengan alasan yang dibuat-buat. Seperti yang terjadi di Irak maupun Afghanistan dan Yaman.

Baca Juga :  PERLUKAH REBRANDING NTB?

Eliminasi kepada kekuatan empat negara sudah sering dilakukan. Baik secara militer secara langsung, seperti kepada Iran, ataupun melalui proxy Barat, yaitu perang Rusia-Ukraina. Ataupun melalui rongrongan dari dalam negeri, seperti kudeta dan demo besar-besaran yang gagal kepada Erdogan di Turkiye.

China yang sudah sangat kuat dalam militer, ekonomi, dan teknologi pun tidak luput dari gempuran Amerika Serikat. Presiden Donald Trump sejak tahun 2018 sudah melakukan perang dagang dengan China. Dan terakhir pada awal April 2025. Trump melakukan perang tarif lagi. Tetapi ternyata ditantang balik oleh China, dan serangan tersebut berakibat buruk bagi negara AS sendiri.

Serangan Balik Iran

Amerika Serikat akhirnya terjun membela Israel dengan mengebom 3 fasilitas nuklir di Iran, Isfahan, Natanz, dan Fordow pada Ahad (22/06). Walaupun beberapa pengamat militer, seperti Scott Ritter, menyatakan bahwa pengeboman 3 fasilitas nuklir tersebut hanya drama. Hal ini dikarenakan, beberapa hari sebelum pengeboman banyak truk keluar masuk fasilitas nuklir. Khususnya Fordow. Hal itu diduga sebagai penyelamatan hasil pengadaan uranium, ke tempat yang dirahasiakan. Hal lainnya adalah bahwa setelah penyerangan fasilitas nuklir tersebut adalah tidak adanya laporan terjadi paparan radiasi di daerah srkitar fasilitas nuklir tersebut. Hal ini menunjukkan, bahwa walaupun Amerika Serikat menggunakan bom GBU 57 A/B MOP dan 30 Tomakawk, tidak betul-betul mengenainya.

Pembalasan Iran dilakukan ke Amerika Serikat salah satunya ke pangkalan AS di Qatar, tapi pesawat tempur dan kapal perangnya sudah dipindahkan terlebih dahulu. Jadi dugaan adanya drama perang Iran – Amerika Serikat semakin nyata. Kemurkaan Iran disampaikan kepada Israel yang sudah menjadi bebek lumpuh. Serangan yang bertubi-tubi dari Iran, membuat Israel hancur lebur. Israel akhirnya “menyerah” dan terjadi gencatan senjata.

Iran telah menunjukkan ketangguhannya melawan Israel. Dalam kondisi dikenai sanksi Internasional yang ketat sejak 2006. Namun Iran mampu secara mandiri membangun kekuatan militernya, dan telah mengubah posisi geopolitik Timur Tengah. Selama hampir 8 dekade Timur Tengah dikuasai Israel. Tapi dengan Iran sebagai pemenang perang 12 hari tersebut, maka Iran akan menjadi penguasa baru Timur Tengah.(*)

Pendiri dan Peneliti Senior NAISD yang juga Menjabat Sebagai Deputi Administrasi Sekretariat Jenderal DPD RI

Berita Terkait

KAWASAN EKONOMI TRANSMIGRASI
KORUPSI DI INDONESIA SEPERTI BUTIR-BUTIR PASIR DI RODA
JURUS BERKELIT DARI TARIF TRUMP
REPOSISI GEOEKONOMI INDONESIA
UTANG DAN KETERCAPAIAN PERTUMBUHAN 8 PERSEN
KOPERASI DESA, CASING LAMA DENGAN MEREK BARU
Mengawal 100 Hari Pertama Kepala Daerah
TRANSFORMASI DIGITAL UNTUK DAERAH

Berita Terkait

Senin, 30 Juni 2025 - 06:05 WIB

KEMBALINYA KEKAISARAN

Senin, 28 April 2025 - 05:07 WIB

KAWASAN EKONOMI TRANSMIGRASI

Senin, 21 April 2025 - 06:10 WIB

KORUPSI DI INDONESIA SEPERTI BUTIR-BUTIR PASIR DI RODA

Senin, 14 April 2025 - 06:02 WIB

JURUS BERKELIT DARI TARIF TRUMP

Senin, 24 Maret 2025 - 02:28 WIB

REPOSISI GEOEKONOMI INDONESIA

Berita Terbaru

Lalu Niqman Zahir.

NGIRING REMBUG

KEMBALINYA KEKAISARAN

Senin, 30 Jun 2025 - 06:05 WIB

Ini layanan servis jemput bola dari Astra Motor NTB yakni Honda CARE yang bisa dinikmati oleh para konsumen.

Ekonomi & Bisnis

Layanan Servis Jemput Bola, Ya Honda CARE Solusinya

Minggu, 29 Jun 2025 - 11:07 WIB

Para konsumen harus lebih cermat mengenail ciri-ciri onderdil motor Honda yang asli.

Ekonomi & Bisnis

Konsumen Cermat, Yuk Kenali Ciri-ciri Onderdil Motor Honda yang Asli

Minggu, 29 Jun 2025 - 10:02 WIB