Oleh: H Fahrurrozi Dahlan. QH |
Muqoddimatun:
Isu lingkungan menjadi isu trendi di era global saat ini. Tentu isu lingkungan ini harus direspon dengan cepat dan konstruktif.
Mengingat lingkungan hidup hari ini telah mengalami kerusakan yang vital, terlihat dari longsor di sana sini, banjir, kerusakan hutan, ilegal logging dan sebagainya menandakan alam sekitar kita sedang tidak baik-baik saja.
Nah, di sinilah dibutuhkan kepeduliaan dan aksi nyata kita dalam menyelamatkan bumi.
LANDASAN TEOLOGIS -NORMATIF TERHADAP EKOLOGI LINGKUNGAN HIDUP
Sesungguhnya bicara tentang lingkungan hidup dalam peradaban Islam sudah terang benderang, konferehensif dan sangat afik dan sistematis. yang kemudian diistilahkan menjadi Eko-Teologis. Argumentasi ini dapat dilacak dari ayat/ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang alam semesta, fenomena kealaman dan dinamika kehidupan, tak kalah pentingnya tentang kelestarian dan ketahanan lingkungan hidup. Ayat-ayat al-Quran yang secara general mencakup: Ayat al-matluwwah [آية متلوة مقروؤة] ayat yang terbaca, terlihat, terkaji, dapat diteliti dan juga mencakup [آية كونية وغير متلووة وغير مقروؤة] ayat kealaman, ayat yang tak terbaca oleh semata nalar logika empirik] namun dibaca oleh rasa, empati, simpati, cinta, relasi, koneksi dan perpaduan dari segala jenis sumber pengetahuan yang empat, Empirik [semata panca indera], Rasionalistik [semata akal pikiran logika], Posivistik [Perpaduan dan penggambungan antara pendekatan empiris dan rasionalis], dan Intuisionalistik [berdasar pada rasa, asa, simpati, cinta, kolaborasi, imajinasi, firasat, wahyu, ilham, mata batin].
Nah, masing-masing itu memiliki daya kekuatan juga ada kelemahannya, namun jika disatupadukan menjadi kesatuan yang unity, integrity dan novelty, akan menghadirkan pemahaman dan kebaruan paradikmatik tentang semua persoalan yang melilit dan melanda kemanusiaan.
Apalagi tentang pelestarian lingkungan dengan segala teknis dan mekanismenya, terkhusus melalui penanaman pohon dalam misi penjaga ekosistem bumi.
Begitu juga hadis dan atsar dari Nabi Muhammad saw, begitu banyak penjelasan nabi Muhammad saw tentang hadis-hadis khairiyyah, hadis yang menjelaskan tentang hal yang terbaik, sesuatu yang terbaik, manusia terbaik, lingkungan yang terbaik, interaksi yang terbaik, benda yang terbaik, bahkan bumi, tanah, air, hutan, pohon, yang terbaik tak luput dari penjelasan Rasulullah saw. Saya mencoba mengecek dari kitab-kitab hadis, Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i, Tirmizi, dst, ditemukan lebih dari 60-an yang berredaksi awalnya dengan lafazh [خير]
Contoh:
خير الناس انفعهم للناس
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
خير الناس من طال عمره وحسن عمله…..dan seterusnya
Ini secara normatif-substantif, betapa pentingnya kebermanfaatan dalam segala lini dan aspek, terlebih dalam merawat jagat alam semesta dan lingkungan hidup.
Untuk konteks di atas, saya mencoba menggunakan terminologi Trio [tiga] Eko-Tiologi Paradigmatik sebagai kerangka nalar berpijak dalam mewujudkan lingkungan yang hidup dan menghidupkan kehidupan kemanusiaan, dan itulah yang kemudian saya istilahkan dengan:
Trilogi cinta dan spritualitas kemanusiaan yang tercermin pada:
حبل من الله
[Hubungan Vertikal – Spritual dengan Allah]
حبل من الناس
[Hubungan horizontal-sosial dengan insan].
حبل من العالم
[Hubungan diagonal-kultural dengan lingkungan semesta].
Koneksitas dengan keilahiyatan menjadi pondasi spritualitas setiap insan.
Koneksi kemanusiaan menjadi penguat dan perekat keharmonisan dan kebaikan bersama.
Koneksi kealaman, berinteraksi dengan alam dan lingkungan menjadi titik sentral penyambung dan penyelamat kehidupan manusia.
Trilogi koneksi ini memperkuat secara normatif teologis bahwa menjaga dan merawat lingkungan sekitar adalah fardhu aiin [wajib secara individual] bagi setiap insan. Sebab kewajiban personal menjadi pokok bagi setiap orang dengan konsekuensi jika melanggar atau tidak melaksanakannya maka dia berdosa atas kelalaian dan ketidakpeduliannya terhadap lingkungan.
Eko-teologi harus terus digaungkan ke permukaan sebagai sebuah teologi ideologi yang harus mengejewantah dalam denyut nadi dan detakan jantung kemanusiaan, sehingga tidak ada celah bagi manusia untuk melakukan kerusakan di alam semesta ini.
Memang Al-Quran telah memberikan warning kepada manusia bahwa alam lingkungan sekitar dirusak oleh ulah tangan manusia.
ظهر الفساد فى البر والبحر بما كسبت ايدى الناس. [الروم:٤١]
Rusaknya ekologi lingkungan disebabkan karena tangan manusia, baik karena sebab tanda tangan kebijakan yang tidak pro lingkungan, atau karena sebab kaki tangan yang tidak bertanggungjawab dengan kerusakan lingkungan.
Nah, disinilah peran-peran strategis teknis dalam rangka mengembalikan keutuhan dan kelestarian lingkungan.
Ada yang perlu diperkuat di kalangan masyarakat tentang Fiqh al-Bí’ah [فقه البيئة] Pemahaman masyarakat tentang lingkungan. Sebab selama ini masyarakat khususnya masyarakat muslim hanya kuat pada aspek, fiqh ibádah [فقه العبادة]، atau pada aspek fiqh muámalah [Fiqh ekonomi, sosial], Fiqh Munákahàt-فقه المناكحات [Fiqh pernikahan], juga pada aspek Fiqh al-jinàyat-فقه الجنايات [Fiqh kriminalitas], juga banyak diulas tentang Fiqh Al-haj wa al-umrah [فقه الحج والعمرة], Fiqh al-Nisá’ [فثه النساء], namun sedikit sekali yang memahami dan menghayati dan mengamalkan aspek
Fiqh al-aqalliyát [فقه الاقليات], pemahaman tentang kearifan terhadap minoritas, fiqh al-adabiyát wal ádát al-ijtimáiy [فقه الادبيات وعادات الاجتماع], pemahaman tentang adat, budaya, kultur sosial kemasyarakatan, terlebih tentang fiqh al-bí’ah [فقه اليئة ] ini.
Sebagai wujud kepedulian terhadap kelestarian bumi dan alam sekitar, Kementerian Agama RI mencoba menggugah kembali semangat teologis [semangat keyakinan akan takdir ilahi dalam meraih kebaikan] dalam bingkai eko-teologis, keyakinan akan keterlibatan Allah dalam membersamai kelestarian alam lingkungan sebagai manifestasi keimanan, ketaqwaan dan keihsanan muslim beriman. Dan di sinilah letak substantif dari keyakinan orang beriman dengan, memelihara, menjaga, merawat, melestarikan bahkan menanam pohon adalah bagian terpenting dari Keimanan, keislaman dan keihsanan seseorang. Jika tidak ada kepeduliaan terhadap pelestarian alam, pelestarian hutan, dan penanaman pohon, maka patut dipertanyakan teologi, ideologi tauhidiknya.
Aksi nyata Kementerian Agama RI dengan tagline, “KEMENTERIAN AGAMA BERDAMPAK”, memberikan spirit dan motivasi untuk berkreasi dalam aksi menanam minimal sebatang pohon apalagi sejuta pohon, terutama pohon yang membuahkan hasil ekonomi dan juga tentu sebagai penyangga bumi tanah dan air, akan sangat berdampak yang dirasakan kini dan nanti oleh generasi ke generasi, sebagaimana pepatah yang mengatakan,
اقتطفنا ثم أكلنا ممن زرع لنا ولو لم نعرفه
Hari ini kita memetik hasil dan dapat menikmatinya dari orang yang telah menanamnya puluhan tahun yang lalu walhal kita tak kenal siapa yang menanamnya.
Saya pikir, gerakan penanaman pohon matoa secara serentak oleh seluruh ASN Kementerian Agama RI, yang dikomandoi oleh Menteri Agama RI. Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, Wakil Menteri Agama, Romo Dr. H. M. Syafii, SH. M.Hum, Sekjend Kemenag RI, Prof. Dr. Phil. KH. Kamarudin Amin. MA beserta seluruh pejabat Kementerian Agama RI bergerak bersama dalam aksi nyata, yang berangkat dari Asta Cita priorotas berupa penanaman pohon matoa, dan aksi-aksi nyata lainnya yang berdampak.
Kementerian Agama menanam Matoa sebagai spirit kebermanfaatan ekologis dan ekonomis tak ubahnya seperti nasihat dan ungkapan Imam al-A’zham Imam Syafi’i yang menggalakkan penanaman pohon kurma sebagai penyangga bumi dan penyelamat kehidupan kemanusian yang bernilai strategis dan ekonomis.
Coba kita cermati ungkapan menarik dari Al-Imam al-Syafii tentang eko teologi dan lingkungan hidup sebagai amal kebajikan yang abadi sepanjang masa.
اذا مات بن آدم ليس يجرى
عليه من خصال غير عشر
علوم بثها ودعاء نجل
وغرس النخل والصدقات تجرى
وراثة مصحف ورباط ثغر
وحفر البئر او اجراء نهر
وبيت للغريب بناه يأوى
او بناء محل ذكر
وزاد بعضهم:
وتعليم لقرآن كريم
فخذها من احاديث بحصر.
Ada sepuluh hal yang akan terus abadi kebaikan dan kebermanfaatannya bagi manusia sejak hidupnya bahkan pasca kematiannnya:
Pertama: Ilmu yang terus disebarluaskan kebermanfaatannya.
Kedua: Doa tulus anak generasi pelanjut.
Ketiga: Penanaman pepohonan semisal pohon kurma.
Keempat: Shodaqoh jariyah.
Kelima: Mewariskan dan meninggalkan bacaan mulia semisal al-quran.
Keenam: Menutup celah lobang jalan yang membahayakan banyak orang.
Ketujuh: Menggali sumur untuk kebersihan dan MCK.
Kedelapan: Menjaga dan membersihkan aliran-aliran sungai
Kesembilan: Rumah singgah yang nyaman dan aman untuk para pendatang dan pelancong, wisatawan yang datang berwisata.
Kesepuluh: Membangun tempat berzikir dan beribadah.
Sebagian ada tambahan bait:
Mempersiapkan pembelajaran al-Quran
Maka ambillah intisari ini semua dari hadis Nabi Muhammad saw.
Coba cermati dari sepuluh hal kebaikan yang mengalir pasca kematian seseorang di muka bumi ini, 5 di antaranya menyangkut tentang lingkungan hidup dan pelestarian alam.
Imam Syafii memberikan spirit yang kokoh akan pentingnya penanaman pohon di sekitar lingkungan masing-masing.
Nah, di sinilah benang merah antara matoa dan kurma dalam menyangga kehidupan manusia.
Jangan pernah berhenti mencintai bumi, laksana tak pernah berhenti mencintai kedamaian hakiki.
SELAMAT HARI BUMI – SEMOGA SELALU MERAIH MIMPI:
بلدة طيبة ورب غغور
tanah, air, bumi, lingkungan yang subur makmur, melimpah ruah keberkahan dan kebermanfaatan yang dibersamai dengan keredhaan dan kemaafan Allah dalam segala sisi kelemahan sang insan.
والله اعلم بالصواب.
Penulis adapah Direktur Pascasarjana UIN Mataram