LOMBOK TIMUR, LOMBOKTODAY.ID – Setelah 12 hari Iran versus Israel saling serang, akhirnya kedua negara di kawasan teluk itu bersepakat gencatan senjata untuk mengakhiri aksi saling menghujani peluru kendali (rudal) jarak jauh.
Menyusul setelah itu, ikut pula konflik perebutan ombak di Telok Ekas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) antara pemandu wisata Lombok Tengah (Loteng) dengan Pemandu wisata Ekas dinyatakan berakhir dengan damai setelah 10 hari berkonflik menggiring publik saling serang dengan ujaran-ujaran menusuk melalui berbagai platform media sosial.
Rupanya tak ingin berlarut-larut membiarkan rakyat saling hujani komentar pedas di medsos yang mulai nyerempet ke aspek-aspek lain, kedua kepala daerah yang sama-sama gemar minum kopi pahit ini sepakat untuk duduk satu meja perundingan sembari nyeruput secangkir kopi dengan asap mengepul.
Pertemuan Bupati Lombok Tengah (Loteng), HL Fathul Bahri (Mamiq Fathul) dan Bupati Lombok Timur (Lotim), H Haerul Warisin (H Iron) konon dimotori oleh Plh Sekda NTB, HL Mohammad Faozal. Pertemuan kedua politisi yang sama-sama kader Partai Gerindra ini adalah sebagai buntut dari perebutan lahan adu ketangkasan melawan ombak (surfing/berselancar).
Sebagaimana video viral di banyak akun medsos “pertikaian” rakyat Loteng dan Lotim, yang diduga dipicu aksi pengusiran Bupati Lotim, H Haerul Warisin terhadap para pemandu wisata asal Loteng. Mereka (para pembawa turis) dituding, kelayapan membawa wisatawan bule untuk surfing di Telok Ekas tanpa memberikan percikan dolar kepada pelaku wisata Ekas.
Pada perundingan yang berlangsung Rabu malam (25/6/2025) pada salah satu hotel di belahan Kota Mataram tersebut, Bupati Lotim tetap berharap melalui Bupati Loteng agar para guide dari Lombok Tengah tidak lagi datang membawa tamunya untuk surfing di Ekas kecuali tamunya menginap di penginapan yang ada di Ekas.
Bupati Loteng, HL Fathul Bahri yang baru beberapa hari kembali dari Ibadah Haji dan diyakini masih melekat barokah tanah suci, dengan bijak menyatakan tindakan Bupati Lotim itu tak bermaksud yang aneh-aneh. Aksi Haji Iron itu, kata Miq Fathul, memiliki tujuan baik. “Tidak ada pemimpin yang mau menyengsarakan rakyatnya,” kata Bupati yang masih tercium aroma Minyak Hajar Aswad itu.
Supaya “gencatan senjata” ini segera berjalan tanpa berlarut-larut, kedua Bupati akan memerintahkan Kepala Dinas Pariwisata masing-masing untuk membicarakan teknis agar kedua belah pihak bisa secara akur, tak saling usik lagi dalam mengais rezeki di lahan pemberian Tuhan yang sama-sama tidak memegang alas hak tersebut.(Kml)