Afasia Broca sebagai Gangguan Produksi Bahasa

- Jurnalis

Minggu, 29 Desember 2024 - 10:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Alfian Ramdhani.

Alfian Ramdhani.

Oleh: Alfian Ramdhani

Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.

SEBELUM masuk pada pembahasan, kita perlu mengenal dulu apa sih itu afasia broca. Nah, Afasia Broca adalah jenis gangguan bahasa yang terjadi akibat kerusakan pada area Broca, yang terletak di belahan otak kiri, lebih tepatnya di korteks frontal. Area ini berperan penting dalam produksi bahasa, termasuk kemampuan untuk berbicara dan merangkai kalimat dengan benar.

Penyebab Afasia Broca

Afasia Broca biasanya disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak ini akibat stroke, cedera kepala, atau kondisi neurologis lainnya. Stroke adalah penyebab utama, karena dapat mengganggu aliran darah ke otak dan menyebabkan kerusakan pada area Broca.

Gejala Afasia Broca

  1. Kesulitan berbicara: Penderita afasia Broca mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata atau merangkai kalimat dengan benar. Mereka cenderung berbicara dengan kalimat yang terpotong atau bahkan hanya mengucapkan kata-kata kunci.
  2. Kefasihan berkurang: Penderita sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk mengungkapkan kata-kata dan berbicara dengan kecepatan yang lebih lambat.
  3. Kesalahan tata bahasa: Meskipun pemahaman bahasa biasanya tetap utuh, penderita sering membuat kesalahan tata bahasa, seperti menghilangkan kata sambung atau artikel dalam kalimat.

Setelah tahu apa itu Afasia Broca, mari kita bahas materi Afasia Broca sebagai gangguan produksi bahasa.
Afasia Broca sebagai Gangguan Produksi Bahasa merujuk pada jenis afasia yang disebabkan oleh kerusakan pada Area Broca, sebuah bagian otak yang terletak di belahan kiri otak, tepatnya di korteks frontal. Area ini berperan penting dalam produksi bahasa, yaitu kemampuan untuk berbicara dan menyusun kalimat. Kerusakan pada area ini mengganggu kemampuan seseorang untuk memproduksi bahasa, meskipun pemahaman mereka terhadap bahasa biasanya tetap utuh.

Ciri-ciri Afasia Broca sebagai Gangguan Produksi Bahasa:

  1. Kesulitan dalam berbicara: Penderita afasia Broca mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dan merangkai kalimat yang lengkap. Mereka sering berbicara dengan kalimat yang terputus-putus, atau hanya menggunakan kata-kata kunci yang tidak tersusun dengan baik.
  2. Kefasihan berkurang: Berbicara menjadi lebih lambat, terhambat, dan sulit. Meskipun mereka mungkin mampu memahami bahasa dengan baik, kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan lancar sangat terbatas.
  3. Kesalahan dalam tata bahasa: Penderita cenderung menghilangkan kata sambung, preposisi, dan artikel. Misalnya, mereka mungkin mengatakan “Saya pergi pasar” alih-alih “Saya pergi ke pasar”. Kesalahan ini menunjukkan gangguan dalam penggunaan struktur kalimat yang benar.
  4. Pemahaman bahasa tetap utuh: Salah satu aspek yang membedakan afasia Broca dengan jenis afasia lainnya (seperti afasia Wernicke) adalah bahwa penderita umumnya tetap dapat memahami percakapan dan bahasa lisan dengan baik. Meskipun kesulitan berbicara, mereka tetap memahami maksud dari percakapan orang lain.
Baca Juga :  Luas Panen di Jatim Turun, LaNyalla Dorong Strategi Khusus Dukung Program Swasembada Pangan

Penyebab Afasia Broca:

Afasia Broca paling sering disebabkan oleh stroke, yang menyebabkan gangguan aliran darah ke area Broca, mengakibatkan kerusakan permanen pada bagian otak ini. Selain itu, afasia Broca juga bisa disebabkan oleh:

  • Cedera kepala yang merusak jaringan otak di sekitar area Broca.
  • Tumor otak yang mengganggu fungsi normal area ini.
  • Penyakit neurologis lainnya yang mempengaruhi fungsi otak.

Proses dan Dampak Gangguan Produksi Bahasa:

Karena area Broca berfungsi dalam merencanakan dan mengontrol motorik otak yang diperlukan untuk berbicara, kerusakannya mengarah pada gangguan produksi bahasa motorik. Gangguan ini lebih terkait dengan bagaimana otak memandu tubuh untuk berbicara (misalnya, gerakan lidah, bibir, dan pita suara) daripada pemahaman bahasa.

  1. Pengaruh terhadap Kemampuan Berbicara: Penderita mungkin dapat memikirkan kata-kata yang ingin mereka ucapkan, tetapi merasa kesulitan untuk mengucapkannya secara lancar. Hal ini menyebabkan mereka berbicara dengan cara yang terputus-putus dan seringkali hanya mengucapkan kata-kata kunci atau kata kerja tanpa rincian lainnya.
  2. Pengaruh terhadap Tata Bahasa: Penderita afasia Broca sering kali mengucapkan kalimat yang tata bahasanya tidak lengkap atau tidak sesuai, menghilangkan elemen penting seperti kata depan (‘’di’’, ‘’ke’’) atau artikel (‘’sebuah’’, ‘’the’’). Ini dapat membuat kalimat terdengar tidak koheren atau bahkan sulit dimengerti oleh orang lain.
Baca Juga :  Gubernur Sebut Jepang dan Korea Beri Peluang Besar bagi Lulusan Terampil Madrasah Aliyah Kejuruan di NTB

Perbedaan dengan Gangguan Bahasa Lain:

Afasia Broca berfokus pada gangguan produksi bahasa (kemampuan untuk berbicara), sementara gangguan bahasa lainnya, seperti afasia Wernicke, berhubungan dengan pemahaman bahasa yang buruk atau produksi kata-kata yang tidak bermakna. Penderita afasia Wernicke mungkin berbicara dengan lancar, tetapi kata-kata yang digunakan bisa tidak relevan atau tidak dapat dimengerti.

Pengobatan dan Terapi:

Pengobatan untuk afasia Broca berfokus pada terapi wicara untuk membantu penderita meningkatkan kemampuan berbicara mereka. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam terapi termasuk:

  • Latihan pengucapan: Penderita berlatih mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu untuk meningkatkan kefasihan.
  • Terapi berstruktur: Latihan berbicara yang berfokus pada memperbaiki penggunaan tata bahasa yang benar.
  • Penggunaan alat bantu komunikasi: Seperti gambar, papan tulisan, atau perangkat teknologi yang memungkinkan penderita untuk lebih mudah mengungkapkan diri.

Prognosis:

Prognosis untuk pemulihan afasia Broca sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kerusakan otak dan seberapa cepat perawatan dilakukan. Beberapa penderita dapat membuat kemajuan yang signifikan dengan terapi, sementara yang lain mungkin terus mengalami kesulitan berbicara meskipun ada terapi yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, afasia Broca adalah gangguan yang terkait langsung dengan kemampuan otak untuk memproduksi bahasa, meskipun pemahaman bahasa tetap relatif utuh. Terapi yang tepat dapat membantu penderita untuk mengatasi kesulitan berbicara dan memperbaiki kualitas hidup mereka.(*)

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram, 2024

Berita Terkait

Tak Ada Murid, 4 Sekolah Swasta Ditutup oleh Dinas Dikbud Lotim
Gubernur NTB Komitmen Perjuangkan Unsa Jadi Universitas Negeri Samawa dan Dirikan Fakultas Kedokteran Pertama di Pulau Sumbawa
Ponpes Lentera Hati Anugerahkan Gelar ‘Yai Menteri’ kepada Mendikdasmen Abdul Mu’ti di Hari Santri Nasional
Tastura Mengajar Gandeng PDAM Loteng dan TP PKK NTB Kuatkan Literasi Siswa
Wamendikdasmen Tekankan Kepala Sekolah sebagai Arsitek Pembelajaran Adaptif
Pemkab Lotim Siapkan Lahan 20 Hektare untuk Sekolah Garuda
Seorang Budayawan Gagas ‘’Repoq Literasi’’ untuk Restorasi Pertanian di Lotim
Menhaj Gus Irfan Silaturahmi ke Ponpes NU Abhariyah

Berita Terkait

Senin, 3 November 2025 - 13:02 WIB

Tak Ada Murid, 4 Sekolah Swasta Ditutup oleh Dinas Dikbud Lotim

Rabu, 29 Oktober 2025 - 11:02 WIB

Gubernur NTB Komitmen Perjuangkan Unsa Jadi Universitas Negeri Samawa dan Dirikan Fakultas Kedokteran Pertama di Pulau Sumbawa

Selasa, 21 Oktober 2025 - 16:01 WIB

Ponpes Lentera Hati Anugerahkan Gelar ‘Yai Menteri’ kepada Mendikdasmen Abdul Mu’ti di Hari Santri Nasional

Senin, 20 Oktober 2025 - 07:10 WIB

Tastura Mengajar Gandeng PDAM Loteng dan TP PKK NTB Kuatkan Literasi Siswa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:03 WIB

Wamendikdasmen Tekankan Kepala Sekolah sebagai Arsitek Pembelajaran Adaptif

Berita Terbaru

Lalu Bayan Purwadi.

Pendidikan

Tak Ada Murid, 4 Sekolah Swasta Ditutup oleh Dinas Dikbud Lotim

Senin, 3 Nov 2025 - 13:02 WIB