MATARAM, LOMBOKTODAY.ID — Aliansi Sasak Lombok Indonesia (ASLI) menyuarakan keprihatinan mendalam atas maraknya aksi dan pertunjukan yang mengandung unsur pornoaksi dengan dalih kesenian tradisional di sejumlah daerah di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Fenomena tersebut dinilai mencoreng nilai-nilai agama, budaya, moral, dan kearifan lokal masyarakat Sasak yang menjunjung tinggi etika dan kesopanan dalam berkesenian.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP ASLI, Mahrip, S.Pd menegaskan, bahwa pihaknya mendesak pemerintah daerah (Pemda), aparat penegak hukum (APH), dan dinas terkait untuk bertindak tegas dan tidak mentolerir kegiatan yang mengandung unsur pornografi atau pornoaksi, meski dibungkus dengan label seni dan budaya.
“Kesenian tradisional Sasak pada dasarnya sarat makna, berisi pesan moral, dan spiritual. Namun jika kesenian dijadikan tameng untuk mempertontonkan aurat atau perilaku tak senonoh, itu bukan budaya — melainkan bentuk penyimpangan yang harus dihentikan,” tegas Mahrip.
ASLI juga menyerukan agar setiap kegiatan seni dan budaya di ruang publik tetap berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, norma agama, serta adat istiadat lokal. Organisasi ini menilai bahwa pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan pembinaan moral generasi muda agar tidak terjebak pada komersialisasi seni yang merusak jati diri bangsa.
Selain itu, ASLI mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)/Pemerintah Kota (Pemkot) di NTB untuk melakukan pengawasan dan kurasi ketat terhadap event budaya, termasuk memberikan sanksi bagi pihak penyelenggara yang melanggar aturan terkait kesusilaan.
“Kami mendukung kebebasan berekspresi dalam seni, namun kebebasan itu tidak boleh menabrak nilai-nilai moral dan agama. Seni sejatinya adalah yang mendidik, bukan yang merusak, banyak sekali pertunjukan seni seperti Ale-Ale yang sangat vulgar mempertontonkan hal-hal yang tidak layak tonton di area terbuka yang disaksikan bukan hanya orang dewasa tapi anak-anak di bawah umur, ini sangat tidak baik. Lombok yang terkenal dengan Pulau Seribu Masjid dengan nilai religiusnya jangan dirusak oleh orang-orang yang mendatangkan MURKA Allah, jangan sampai Allah kirim bala bencana besar seperti Gempa kembali ke Pulau Lombok, mari Pemerintah, APH, tokoh-tokoh agama, budaya, pemuda untuk sama-sama perangi pelaku maksiat tersebut, Pak Gubernur NTB dan Pak Kapolda NTB harus menjadi leader untuk membasmi pertunjukan maksiat berkedok kesenian tersebut,” ungkap Mahrip dengan nada geram.
Dengan pernyataan ini, Aliansi Sasak Lombok Indonesia (ASLI) menegaskan komitmennya untuk terus menjadi garda terdepan dalam menjaga martabat budaya Sasak, serta mendorong seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama melindungi warisan budaya dari distorsi moral dan eksploitasi yang berkedok kesenian.(ltn)