Oleh: Bahjatun │
Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.
PERNAHKAH anda menemui seseorang yang berbicara gagap?, Tahukah anda bahwa salah satu penyebab penderita Disfluensi (gagap) merupakan keturunan genetik, dan kebanyakan terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Akan tetapi beberapa anak dapat melewati kondisi ini seiring dengan pertumbuhan mereka, karena merupakan proses belajar berbicara.
Perlu kita ketahui bahwa Disfluensi (gagap) merupakan ketidaklancaran seseorang ketika berbicara, seperti mengucapkan kata atau suku kata secara terbata-bata dan terdapat pengulangan.
Seseorang yang mengalami gejala gagap sebaiknya segera mendapatkan pelayanan dokter. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, gagap bisa menetap hingga seumur hidup, dan bahkan dengan gejala yang lebih parah.
Disfluensi (gagap) atau dikenal pula dengan stuttering merupakan masalah ketidaklancaran berbicara yang membuat pengidapnya kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik. Gagap sering terjadsi pada anak-anak, terutama pada usia 2-6 tahun saat mereka mengembangkan keterampilan berbicara.
Sebagian besar anak-anak sembuh dari gagap, sedangakan sebagian kecil dapat berlanjut sebagai gangguan komunikasi seumur hidup. Sementara gagap pada orang dewasa memiliki dampak yang berbeda, umumnya terjadi karena cedera kepala berat, penyakit saraf yang progresif, atau stroke.
Penderita Disfluensi (gagap) mengalami kesulitan dalam mengucapkan apa yang ingin disampaikan, sehingga mereka mengulang atau memanjangkan suatu kata atau susunan kata ketika berbicara. Dalam kasus tertentu, penderita gagap bahkan kesulitan saat mengucapkan kata tertentu. Misalnya ketika menerima telepon mereka tidak mau berbicara, karena itu akan membuat mereka lebih sering gagap.
Penyebab gagap belom diketahui dengan pasti, tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor, yaitu:
- Faktor Genetik.
Gen yang spesifik menyebabkan gagap sebenarnya belum diketahui. Walaupun begitu, data menunjukkan bahwa hampir 60% penderita gagap memiliki anggota keluarga yang juga gagap.
- Perkembangan atau Developmental
Ini paling umum dialami anak-anak di usia bawah 5 tahun, khusunya laki-laki, dan terjadi saat mereka mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Namun, pada beberapa kasus, gagap terus berlanjut sampai dewasa dan penyebab pastinya belum diketahui. Akan tetapi, ini biasanya bisa sembuh tanpa pengobatan.
- Neurogenik
Gagap dapat dipengaruhi oleh gangguan pada otak, saraf, dan otot yang terlibat dalam kemampuan berbicara. Kondisi ini disebabkan karena kecelakaan, atau juga akibat penyakit, seperti; srtoke, cedera otak traumatis, atau cedera otak lainnya. Karena cedera, otak mengalami kesulitan mengoordinasikan berbagai bagian otak yang telibat dalam berbicara.
- Psikogenik (Trauma Emosional)
Walaupun jarang terjadi, gagap dapat terkait dengan trauma emosional. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dewasa yang mengalami stres berat, atau penyakit kejiwaaan tertentu. Faktor ini bersumber dari bagian otak yang mengatur pemikiran dan penalaran.
Gagap dapat bertambah buruk apabila pengidap sedang dalam keadaan stres, tertekan, terburu-buru, senang, atau dalam keadaan canggung. Gejala gagap juga biasanya muncul pertama kali saat anak berusia 18-24 bulan. Berikut beberapa gejala gagap yang mungkin muncul, antara lain:
- Memiliki kemampuan komunikasi yang terbatas dan kurang efektif.
- Mengalami kesulitan mengucapkan suatu kata, suku kata, atau kalimat.
- Mengambil jeda diam atau berhenti untuk suatu suku kata tertentu atau ditengah-tengah kata.
- Mengalami ketegangan pada wajah atau tubuh bagian atas ketika mengeluarkan suatu kata.
- Gemeter atau tremor pada rahang atau bibir.
- Adanya suara tambahan, seperti ‘’um’’, ‘’eee’’, atau ‘’aaa’’ pada saat berbicara.
- Mata berkedip secara berlebihan.
- Gelisah ketika berbicara.
- Wajah kaku.
- Tangan mengepal.
Pengobatan pada penderita Disfluensi (gagap) dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada usia, kondisi kesehatan pasien, atau bagimana tingkat keparahannya. Berikut beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagap:
- Terapi Wicara
Terapi ini merupakan pendekatan utama untuk mengatasi gagap. Terapi ini dimulai dengan pasien berbicara dalam tempo sangat pelan hingga berangsur menemukan pola bicara orang normal dan percaya diri. Terapi ini pula dapat mencakup latihan untuk meningkatkan kontrol otot dan koordinasi pergerakan bicara.
- Penggunaan Alat Bantu (Alat Elektronik)
Pasien dapat menggunakan peralatan khusus yang dapat membantu meningkatkan kefasihan berbicara dan membantu memperbaiki kejelasan kata-kata dalam berbicara. Salah satu alat yang sering digunakan untuk mengendalikan gejala gagap adalah DAF atau Delayed Auditory Feedback (umpan balik pendengaran tertunda). Alat ini bekerja dengan memperlambatkan umpan balik suara kepada individu yang berbicara, sehingga mereka dapat mendengar suara mereka sendiri dengan keterlambatan.
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Terapi ini membantu pasien untuk mengenali dan mengubah pola pikir yang bisa memperburuk gangguan bicara. Selain itu, metode ini juga dapat membantu pasien untuk mengatasi stres, kecemasan, depresi dan rasa tidak percaya diri yang dapat memicu gagap.
Gagap merupakan gangguan bicara yang ditandai dengan kesulitan mengucapkan kata-kata. Penderita gagap disebabkan oleh faktor genetik, gangguan saraf, stres, dan kecemasan. Penanganan sejak dini sangat penting, melalui terapi bicara serta konseling psikologi. Untuk membantu penderita gagap, seoarang keluarga atau teman harus memberikan dukungan serta motivasi (terhadap anak maupun orang dewasa), karena dapat memberikan perubahan besar. Dengan demikian, penderita gagap dapat merasa nyaman dan percaya diri dalam berkomunikasi.(*)
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram, 2024