Produksi Bahasa pada Penderita Disfluensi (Gagap)

- Jurnalis

Senin, 30 Desember 2024 - 14:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bahjatun.

Bahjatun.

Oleh: Bahjatun │

Tugas Akhir Mata Kuliah Psycholinguistics
Dosen Pengampu Mata Kuliah: M. Rajabul Gufron, S.Pd., M.A.

PERNAHKAH anda menemui seseorang yang berbicara gagap?, Tahukah anda bahwa salah satu penyebab penderita Disfluensi (gagap) merupakan keturunan genetik, dan kebanyakan terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Akan tetapi beberapa anak dapat melewati kondisi ini seiring dengan pertumbuhan mereka, karena merupakan proses belajar berbicara.

Perlu kita ketahui bahwa Disfluensi (gagap) merupakan ketidaklancaran seseorang ketika berbicara, seperti mengucapkan kata atau suku kata secara terbata-bata dan terdapat pengulangan.

Seseorang yang mengalami gejala gagap sebaiknya segera mendapatkan pelayanan dokter. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, gagap bisa menetap hingga seumur hidup, dan bahkan dengan gejala yang lebih parah.

Disfluensi (gagap) atau dikenal pula dengan stuttering merupakan masalah ketidaklancaran berbicara yang membuat pengidapnya kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik. Gagap sering terjadsi pada anak-anak, terutama pada usia 2-6 tahun saat mereka mengembangkan keterampilan berbicara.

Sebagian besar anak-anak sembuh dari gagap, sedangakan sebagian kecil dapat berlanjut sebagai gangguan komunikasi seumur hidup. Sementara gagap pada orang dewasa memiliki dampak yang berbeda, umumnya terjadi karena cedera kepala berat, penyakit saraf yang progresif, atau stroke.

Penderita Disfluensi (gagap) mengalami kesulitan dalam mengucapkan apa yang ingin disampaikan, sehingga mereka mengulang  atau memanjangkan suatu kata atau susunan kata ketika berbicara. Dalam kasus tertentu, penderita gagap bahkan kesulitan saat mengucapkan kata tertentu. Misalnya ketika menerima telepon mereka tidak mau berbicara, karena itu akan membuat mereka lebih sering gagap.

Penyebab gagap belom diketahui dengan pasti, tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor, yaitu:

  1. Faktor Genetik.

Gen yang spesifik menyebabkan gagap sebenarnya belum diketahui. Walaupun begitu, data menunjukkan bahwa hampir 60% penderita gagap memiliki anggota keluarga yang juga gagap.

  1. Perkembangan atau Developmental
Baca Juga :  PLN Peduli Bersama SMKN 1 Jonggat Wujudkan Bengkel Konversi Bersertifikat Kemenhub

Ini paling umum dialami anak-anak di usia bawah 5 tahun, khusunya laki-laki, dan terjadi saat mereka mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Namun, pada beberapa kasus, gagap terus berlanjut sampai dewasa dan penyebab pastinya belum diketahui. Akan tetapi, ini biasanya bisa sembuh tanpa pengobatan.

  1. Neurogenik

Gagap dapat dipengaruhi oleh gangguan pada otak, saraf, dan otot yang terlibat dalam kemampuan berbicara. Kondisi ini disebabkan karena kecelakaan, atau juga akibat penyakit, seperti; srtoke, cedera otak traumatis, atau cedera otak lainnya. Karena cedera, otak mengalami kesulitan mengoordinasikan berbagai bagian otak yang telibat dalam berbicara.

  1. Psikogenik (Trauma Emosional)

Walaupun jarang terjadi, gagap dapat terkait dengan trauma emosional. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dewasa yang mengalami stres berat, atau penyakit kejiwaaan tertentu. Faktor ini bersumber dari bagian otak yang mengatur pemikiran dan penalaran.

Gagap dapat bertambah buruk apabila pengidap sedang dalam keadaan stres, tertekan, terburu-buru, senang, atau dalam keadaan canggung. Gejala gagap juga biasanya muncul pertama kali saat anak berusia 18-24 bulan. Berikut beberapa gejala gagap yang mungkin muncul, antara lain:

  1. Memiliki kemampuan komunikasi yang terbatas dan kurang efektif.
  2. Mengalami kesulitan mengucapkan suatu kata, suku kata, atau kalimat.
  3. Mengambil jeda diam atau berhenti untuk suatu suku kata tertentu atau ditengah-tengah kata.
  4. Mengalami ketegangan pada wajah atau tubuh bagian atas ketika mengeluarkan suatu kata.
  5. Gemeter atau tremor pada rahang atau bibir.
  6. Adanya suara tambahan, seperti ‘’um’’, ‘’eee’’, atau ‘’aaa’’ pada saat berbicara.
  7. Mata berkedip secara berlebihan.
  8. Gelisah ketika berbicara.
  9. Wajah kaku.
  10. Tangan mengepal.

Pengobatan pada penderita Disfluensi (gagap) dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada usia, kondisi kesehatan pasien, atau bagimana tingkat keparahannya. Berikut beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagap:

  1. Terapi Wicara
Baca Juga :  Agar Mesin Awet, Pentingnya Ganti Oli Motor dengan yang Asli

Terapi ini merupakan pendekatan utama untuk mengatasi gagap. Terapi ini dimulai dengan pasien berbicara dalam tempo sangat pelan hingga berangsur menemukan pola bicara orang normal dan percaya diri. Terapi ini pula dapat mencakup latihan untuk meningkatkan kontrol otot dan koordinasi pergerakan bicara.

  1. Penggunaan Alat Bantu (Alat Elektronik)

Pasien dapat menggunakan peralatan khusus yang dapat membantu meningkatkan kefasihan berbicara dan membantu memperbaiki kejelasan kata-kata dalam berbicara. Salah satu alat yang sering digunakan untuk mengendalikan gejala gagap adalah DAF atau Delayed Auditory Feedback (umpan balik pendengaran tertunda). Alat ini bekerja dengan memperlambatkan umpan balik suara kepada individu yang berbicara, sehingga mereka dapat mendengar suara mereka sendiri dengan keterlambatan.

  1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapi ini membantu pasien untuk mengenali dan mengubah pola pikir yang bisa memperburuk gangguan bicara. Selain itu, metode ini juga  dapat membantu pasien untuk mengatasi stres, kecemasan, depresi dan rasa tidak percaya diri yang dapat memicu gagap.

Gagap merupakan gangguan bicara yang ditandai dengan kesulitan mengucapkan kata-kata. Penderita gagap disebabkan oleh faktor genetik, gangguan saraf, stres, dan kecemasan. Penanganan sejak dini sangat penting, melalui terapi bicara serta konseling psikologi. Untuk membantu penderita gagap, seoarang keluarga atau teman harus memberikan dukungan serta motivasi (terhadap anak maupun orang dewasa), karena dapat memberikan perubahan besar. Dengan demikian, penderita gagap dapat merasa nyaman dan percaya diri dalam berkomunikasi.(*)

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram, 2024

Berita Terkait

Wamendikdasmen Tekankan Kepala Sekolah sebagai Arsitek Pembelajaran Adaptif
Pemkab Lotim Siapkan Lahan 20 Hektare untuk Sekolah Garuda
Seorang Budayawan Gagas ‘’Repoq Literasi’’ untuk Restorasi Pertanian di Lotim
Menhaj Gus Irfan Silaturahmi ke Ponpes NU Abhariyah
Video Tak Senonoh 3 Siswi SMPN 1 Terara Viral di Medsos, Unit PPA Turun Tangan
Astra Motor NTB Bersama Polres Mataram, Jasa Raharja, dan UIN Mataram Gelar Seminar Keselamatan Berkendara untuk Gen Z
Mahasiswa Unjuk Prestasi, Ini Jawara Film Pendek Keselamatan Berkendara dari Yayasan AHM
Bupati Loteng Kirim Mahasiswa Kedokteran Jalur Tahfidz Ikuti Lomba MTQM Nasional di Banjarmasin

Berita Terkait

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:03 WIB

Wamendikdasmen Tekankan Kepala Sekolah sebagai Arsitek Pembelajaran Adaptif

Rabu, 15 Oktober 2025 - 13:01 WIB

Pemkab Lotim Siapkan Lahan 20 Hektare untuk Sekolah Garuda

Senin, 13 Oktober 2025 - 13:03 WIB

Seorang Budayawan Gagas ‘’Repoq Literasi’’ untuk Restorasi Pertanian di Lotim

Minggu, 12 Oktober 2025 - 16:24 WIB

Menhaj Gus Irfan Silaturahmi ke Ponpes NU Abhariyah

Jumat, 10 Oktober 2025 - 13:04 WIB

Video Tak Senonoh 3 Siswi SMPN 1 Terara Viral di Medsos, Unit PPA Turun Tangan

Berita Terbaru

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal saat menerima silaturahmi Pengurus Daerah Kagama NTB, di ruang kerjanya, Kamis (16/10/2025).

Umum

Gubernur NTB Sambut Baik Program Kagama Bangun Desa

Kamis, 16 Okt 2025 - 15:06 WIB

Suasana konferensi pers kasus Brigadir Esco di Mapolres Lobar.

Hukum & Kriminal

Polres Lobar Ungkap Motif dan Tersangka Kasus Kematian Brigadir Esco

Kamis, 16 Okt 2025 - 13:05 WIB

Suasana saat dilakukan BAP di Mapolres Loteng.

Hukum & Kriminal

PWI NTB Dampingi Proses BAP Korban Intimidasi Wartawan di Polres Loteng

Kamis, 16 Okt 2025 - 12:07 WIB