LOMBOK TIMUR, LOMBOKTODAY.ID – Ratusan antrean pasien di loket Apotek Farmasi RSUD dr R Soedjono Selong melakukan aksi protes atas dugaan lambannya pelayanan pengambilan obat bagi pasien rawat jalan dari semua poli rumah sakit (RS) setempat.
Tidak seperti beberapa pekan sebelumnya, pelayanan loket yang hanya satu tempat itu terbilang lancar. Namun insiden pada hari Senin (20/1/2025) itu, dipicu oleh sistem pelayanan yang tiba-tiba berubah.
Dari pantauan Lomboktoday.id saat kejadian, tata cara pengambilan obat saat pasien menyodorkan resep di loket, harus melalui scan barcode terlebih dahulu. Individu pasien harus menunggu beberapa saat hingga barcode terekam di sistem barulah pemberian nomor antre. Sementara scan barcode ada yang cepat ada lambat mengharuskan pasien tetap berdiri di depan loket hingga scan barcode dinyatakan konek ke sistem.
Berbeda dengan pola pelayanan sebelum ada pola scan barcode. Pelayanan terbilang lancar dan simpel, individu pasien hanya menyodorkan resep yang didapat dari poli dan langsung pemberian nomor antrean kemudian pasien hanya duduk beberapa saat menunggu panggilan menerima obat sesuai nomor antrean.
Namun pada saat kejadian kericuhan tersebut, ratusan pasien nyaris hilang kesabaran akibat selain proses penyerahan resep yang lambat, berimplikasi terhadap keluarnya obat yang lambat.
Akibat dari itu semua, ratusan pasien yang mulai panas perut serentak beranjak dari tempat duduk seraya komplain ke semua petugas di loket atas lambatnya sistem pelayanan.
Para petugas seragam putih hanya terdiam tak bisa berkutik merespon aksi protes pasien yang semakin panas. Mereka sesekali terdengar hanya bisa mengakatan ‘’sabar’’, bahkan salah seorang pria yang diduga kepala instalasi apotek terlihat keluar berupaya menenangkan pasien, namun pasien yang menyebut diri mulai lapar tetap meneriaki para petugas.
Secara terpisah, salah seorang petugas dalam unit apotek farmasi RS kepada media ini mengakui secara jujur. Lambannya proses pelayanan terjadi sejak beralih menggunakan barcode. ‘’Kamipun mengakui dan merasakan, pola kerja kami sangat lambat dengan menggunakan barcode ini,’’ ungkapnya secara singkat, tanpa menyebut identitasnya.(Kml)