MUNGKIN banyak yang bertanya kenapa di Lombok sangat banyak dan mudah kita temui unsur kebudayaan Jawa. Dari gelar, nama, aksara, susastra, tetembangan, arsitektur, kesenian, tradisi bahkan nama-nama tempat seperti Mataram, Sesela, Pemenang, Kediri, Kuripan, Gresik, Daha, Surabaya, Wanasaba, Pajang, Panarukan, dll.
Para antropolog menyebut Lombok sebagai batas timur ruang sosiokultural Jawa pra Islam. Tapi sebenarnya tidak terbatas pada Jawa pra Islam, tapi juga setelah Islam.
Jawabannya adalah karena sejak dahulu kala, perpindahan manusia dari Jawa ke Lombok berlangsung terus menerus dengan membawa pula kebudayaannya yang kemudian hidup dan berakulturasi di Lombok bersanding harmonis dengan budaya asli Sasak. Ini dapat dilacak sebagiannya pada silsilah-silsilah sebagian clan-clan Sasak di Lombok.
Bahkan tidak main-main bahwa ada Prabu Majapahit yang kemudian menjadi Prabu (Majapahit ) Lombok.
Siapakah beliau Prabu Majapahit yang kemudian menjadi Prabu (Majapahit ) Lombok?
Termaktub dalam Babad Lombok.
Pupuh 284
Putra Susuhunan Majapahit.
Membangun negara besar. Bertempat di Bayan dan Pejanggik.
Di Lombok ayahanda Prabu.
Beristri putri Pamatan.
Menjadi Raja besar.
Pupuh 285
Menjadi Raja di bumi Sasak. Sokong, Bayan, Kuripan dan Pejanggik. Beraja pada sang Prabu. Prabu Lombok yang mengatur. Setiap tahun menghadap Raja. Sang Prabu membangun Kotaraja.. dst
Jika demikian adakah Prabu Majapahit yang meninggalkan tahta saat masih menjabat dan punya kaitan kekerabatan dengan Lombok ?
Ada, beliau adalah Bre Pandansalas.
Dalam bukunya Geofrey E Morisson yang bersumber dari Piagam Batu Tulis yang kini tersimpan di Gedong Kirtye- Bali berbunyi: (f.1, para 3) Iti pénget putrané Beré ring Koripan kangka jumeneng ratu ring nusa Bayan, kang biséka sira Betara Susuhunan Bayan, Beré ring Koripan iku, putraning Beré Pandan Salas, kang jumeneng ratu ring Tumapel anuli Prabu Isaka 1388, Prabu rong tahun, tumuli sah saking kadaton.
Artinya: Putra dari Bere Kahuripan dinobatkan di Bayan bergelar Betare Susuhunan Bayan, sedang Bere Kahuripan adalah putra dari Bere Pandansalas yang dinobatkan jadi Prabu (Majapahit) pada tahun 1388 Saka (1466 M), sang Prabu bertahta 2 tahun kemudian pergi meninggalkan Istana (sebab Kudeta).
Nampaknya beliaulah yang menyingkir ke Lombok mengingat keberadaan cucunya di sini (Betare Susuhunan Bayan) dan di Lombok beliau membangun basis atas nama Majapahit sebagai tandingan Majapahit Trowulan yang makin senjakala kisruh dan tidak lama kemudian runtuh tahun 1478 karena perang saudara. Kemungkinan besar beliau juga yang membawa Kitab Decawarnana (nama kitab asli Negarakertagama) ke Lombok.
Dengan runtuhnya Trowulan tak berarti bahwa Majapahit runtuh pula, tapi pusat imperium kemudian berpindah ke Lombok, di mana Prabu (Majapahit) Lombok telah berada 10 tahun sebelumnya.
Mengamati fenomena-fenomena ini, kemudian nampaknya yang membuat filolog ternama Cornelis Bergh membuat hypotesis bahwa Lombok adalah Pelanjut Imperium Majapahit sejak jatuhnya Trowulan tahun 1478 M.(LSW)