JAKARTA, LOMBOKTODAY.ID – Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung menekankan bahwa Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi bukan sekadar sebagai perayaan kemenangan, melainkan juga momentum untuk menata langkah ke depan dalam membangun komitmen kebangsaan yang lebih kokoh.
“Kita telah melewati festival spiritual selama sebulan penuh. Ramadan mengajarkan kita tentang solidaritas sosial, tenunan kemanusiaan yang menghubungkan satu sama lain dalam simpul kebersamaan,” kata Tamsil Linrung di hadapan ribuan jemaah saat menyampaikan khutbah Idul Fitri, di Matraman Raya, Senin (31/3/2025).
Tamsil Linrung dalam kesempatan tersebut menyoroti kisah Negeri Saba sebagai refleksi bagi Indonesia dalam menyongsong era kemakmuran yang berkelanjutan. Di mana, ia menegaskan bahwa kejayaan sebuah bangsa tidak hanya ditentukan oleh limpahan sumber daya, tetapi juga oleh keberlanjutan dan solidaritas sosial yang menopang.
“Saba adalah epos peradaban paling maju di zaman itu. Tanahnya subur dengan sistem irigasi yang canggih. Kisah kemakmurannya masyhur mengisi sejarah kolosal. Namun Saba runtuh. Bukan karena kekurangan sumber daya. Melainkan karena mereka mengabaikan nilai-nilai keberlanjutan dan kehilangan solidaritas sosial,” seru Tamsil Linrung.
Tamsil Linrung menjelaskan, bahwa Al-Qur’an menggambarkan Saba sebagai negeri yang kaya raya dan berlimpah sumber daya, tetapi kehancurannya menjadi pelajaran bagi bangsa-bangsa setelahnya.
“Saba diberkahi dengan kebun-kebun anggur yang hasil panennya melimpah, kehidupan yang tenteram, dan tanah yang subur. Namun, penduduknya kehilangan dimensi spiritual, menanggalkan kebersamaan, dan membiarkan solidaritas meranggas. Akibatnya, mereka terjerembab dalam bencana yang meluluhlantakkan segalanya,” jelasnya.
Menurut Tamsil Linrung, kisah Saba harus menjadi pengingat bagi Indonesia agar tidak terperangkap dalam kesalahan yang sama. Dengan kekayaan alam yang jauh lebih besar, Indonesia berpotensi menjadi bangsa besar yang makmur dan berdaulat. Namun, tanpa pemerataan dan keberlanjutan, potensi ini bisa berubah menjadi bumerang.
“Indonesia adalah negeri dengan anugerah yang tak terhingga. Jika Saba digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai negeri kaya raya, maka kita tidak perlu berimajinasi untuk membayangkan Saba, karena Indonesia lebih dari Saba,” ujarnya.
Sebagai mantan pimpinan Badan Anggaran DPR RI, Tamsil Linrung melihat bahwa kebijakan strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, seperti program Makanan Bergizi Gratis (MBG) merupakan langkah konkret untuk memastikan keseimbangan antara kemakmuran dan keadilan sosial.
“Formula kemakmuran harus dibangun di atas fondasi solidaritas. Kita memiliki sumber daya besar yang harus dikelola dengan bijak. Sejarah membuktikan, kejayaan suatu bangsa bergantung pada kemampuannya mengelola kekayaan alam dan menjaga keseimbangan sosial,” tegasnya.
Tamsil Linrung mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan Idul Fitri sebagai refleksi sekaligus aksi nyata dalam membangun keadilan dan keberlanjutan.
“Sebagai ekspresi syukur, pemerintahan Presiden Prabowo telah menabuh strategi kemakmuran yang berkeadilan—Indonesia yang berdaulat secara ekonomi, sejahtera secara sosial, dan kokoh dalam solidaritas kebangsaan,” terang Senator asal Sulawesi Selatan (Sulsel) ini.
Distribusi kekayaan yang lebih adil, menurut Tamsil Linrung, bukan sekadar kebijakan teknokratis, tetapi bagian dari arsitektur besar dalam membangun peradaban. “Reformasi fiskal dan redistribusi sumber daya adalah dua pilar utama yang menopang arsitektur kemakmuran yang dikumandangkan oleh Presiden Prabowo,” ungkap Tamsil Linrung.(arz)