LOMBOK TIMUR, LOMBOKTODAY.ID – Memasuki musim panen jagung di Lombok Timur tahun 2025 ini, Pemerintah melalui Bulog telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) jagung sebesar Rp5.500 per kilogram. Demikian dijelaskan Plt Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur (Lotim), Lalu Kasturi, di Selong, Senin (5/5/2025).
Dengan pernyataan Lalu Kasturi tersebut, maka isu yang berkembang di lapangan yang menyebutkan petani merugi harga jual rendah dan pemerintah diam, menjadi terbantahkan. “siapa bilang, pemerintah tidak tidak intervensi harga jagung. Pemerintah menetapkan HPP sebesar Rp5.500/ kg,” kata Lalu Kasturi.
Lalu Kasturi meminta jangan ada pihak yang mengembangkan issu yang cenderung mendiskriditkan pemerintah terkait regulasi penjualan hasil petani dalam komuditas apapun termasuk jagung. Pemerintah katanya, senantiasa memberikan perhatian penuh kepada petani setiap panen dan pemetintah tidak membiarkan petani merugi.
Lalu Kasturi juga menyebutkan, memasuki panen tahun 2025 ini Bulog tetap akan membeli hasil petani meskipun hasil pembelian hasil panin tahun lalu (2024, red) masih menumpuk di gudang yang hingga kini belum terjual.
Karenanya, kata Kasturi pemerintah melalui bulog akan melelang stok jagung hasil pembelian 2024 (tahun lalu) yang jumlahnya 483.000 ton dengan harga Rp4.350/ kg.
“Kita akan lelang meskipun dengan harga di bawah harga HPP. Sebab pemerintah tidak berpikir untung rugi, ini semua kita lakukan demi menyelamatkan petani,” ungkap Lalu Kasturi.
Selain itu, alasan pemerintah harus melelang stok, supaya gudang kosong untuk menampung pembelian hasil panin tahun ini (2025) karena kalau tidak dengan jalan demikian, pemerintah masih kekurangan kapasitas gudang untuk menampung.
Sementara itu, hasil pantauan Lomboktoday.id pada masa panen tahun ini di beberapa lokasi kawasan selatan Lombok Timur, belum banyak para pengepul yang masuk beroperasi membeli ke petani.
Sejumlah petani di kawasan Kecamatan Jerowaru seperti di Desa Sekaroh, Tabuan, Seriwe dan Ekas, menyebutkan belum banyak pengepul luar daerah yang masuk membeli. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya katanya, berbondong-bondong pengepul dari Bali dan Jawa masuk membeli.
Menanggapi fenomena ini, Lalu Kasturi mengakui memang tahun ini tidak ada pembeli (pengepul) mandiri yang datang membeli. Dan fenomena ini disebutnya tidak hanya di Lombok, melainkan di seluruh Indonesia. Dia mengaku tidak tahu pasti mengapa terjadi situasi seperti ini.
“Ya.. karena kita tidak ingin melihat petani tidak bisa menjual hasil penen, maka di sinilah pemerintah memberikan garansi bagi petani dengan membeli hasil panen meskipun pemerintah juga berfikir ke mana akan melelang stok yang ada,” urai Lalu Kasturi.
Langkah pemerintah seperti ini membuktikan komitmen terhadap petani agar tidak merugi, selain pemerintah memberikan garansi hasil panen, di masa tanam pemerintah menggratiskan bibit serta mensubsidi pupuk. “Jadi apapun situasinya, tidak ada istilah petani merugi”, tutupnya.(Kml)