OLEH: H FAHRURROZI DAHLAN, QH │
PROLOG:
Setiap agama punya aturan, batasan dan ketentuan. Untuk konteks Islam, Batasan Agama itu tidak lepas dari trilogi prinsip fundamental, aspek Aqidah, Aspek Syariah dan Aspek Muamalah.
Trilogi keagamaan ini menjadi pilar utama dalam menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar.
Agama hadir untuk memberikan ruang ketenangan iman, kematangan ilmu, kesempurnaan amal dan kebeningan hati. Yang kemudian dijabarkan dalam konteks Iman, Islam dan Ihsan yang selanjutnya menjelma menjadi syariat [pengamalan fiqh], hakikat [kedalaman iman], Makrifat-Tasawwuf. [Kematangan Qalbu mengenal Allah].
Secara spesifik keilmuan yang menghadirkan kematengan spritualitas dapat dijabarkan secara ringkas sebagai berikut;
من جواهر الصوفية :
العلوم ثلاثة :
◑ علم يتعلق بأصلاح الظاهر يسمى : علم الشريعة
◑ علم يتعلق بأصلاح الباطن يسمى : علم الطريقة
◑ علم موهوب يسمى : علم الحقيقة
Di antara inti point dari ilmu tasawwuf itu:
Ilmu yang berhubungan dengan perbaikan ilmu amal yang zahir-nyata disebut ilmu syariah.
Ilmu yang berhubungan dengan ilmu yang memperbaiki bathin, tak nampak disebut ilmu thariqah.
Sedangkan ilmu yang langsung diberikan oleh Allah disebut ilmu hakikah.
ينتقل المريد من علم الشريعة بالذكر والاوراد والصلوات على الرسول الى علم الطريقة “مع تحقيق الشريعة”
◈ الشريعة تصلح الظواهر
◈ والطريقة تصلح الضمائر
◈ والحقيقة تصلح السرائر
Sang Murid bisa bertindak dari ilmu syariah dengan zikir, wirid dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw menuju ilmu thariqah yang membenarkan ilmu syariah. Sebab Syariah memperbaiki yang zhahir, yang nampak. Thariqah memperbaiki yang tak nampak, sementara haqiqah memperbaiki rahasia-rahasia ilahi.
▣ الشريعة ان تعبد الله
▣ والطريقة ان تقصده
▣ والحقيقة ان تشهده
Syariah itu orientasinya Anda menyembah Allah, Thariqah anda menuju Allah swt, Sementara Hakikat Anda menyaksikan Allah.
الشريعة للطالبين
والطريقة للسائرين
والحقيقة للواصلين
Ilmu syariah untuk para pemula, pencari, thariqah untuk orang yang menjalaninya, sedangkan hakikah bagi orang yang telah sampai ke dermaga tujuan.
⊙ الشريعة لطالب الاجور
⊙ والطريقة لطالب الحضور
⊙ والحقيقة لرفع الستور
Syariah itu domainnya untuk yang mewujudkan bukti, sedangkan hakikah bagi penutup apa yang mencari pahala. Thariqah bagi yang membuka tabir yang tertutup.
الشريعة للعوام
والطريقة للخواص
والحقيقة لخواص الخواص
Syariah untuk masyarakat Awam, thariqah bagi masyarakat tertentu, hakikah bagi orang yang spesial dan istimewa.
مرجع الشريعة امتثال الامر واجتناب النهي
مرجع الطريقة التخلي والتحلي والتجلي
التخلي عن الرذائل
التحلى بالفضائل
التجلي ببزوغ النور الالهي بداخلك
Referensi syariah, menjalankan perintah Allah menjauhi larangan-Nya.
Referensi thariqah: Takholli [sunyi dari dosa], Tahalli [menghias diri dengan kebaikan], tajalli [menata nyata mata batinnya kepada Allah].
عمل الشريعة :عمل الأسلام عمل العبادة
عمل الطريقة عمل الأيمان:عمل العبودية
عمل الحقيقة: عمل الأحسان عمل العبودة
الشريعة : لاصلاح الظاهر “متطلبات الجسد”
– الطريقة : لاصلاح الضمائر “متطلبات القلب”
– الحقيقة : اصلاح السرائر “متطلبات الروح”
Amal syariah untuk amal islam dan ibadah. Amal Thariqah untuk Iman dan penghambaan.
Amal hakikah amal ihsan dan hakikat kehambaan.
أصلاح الجوارح ( بالتوبة والتقوي والأستقامة)
أصلاح القلوب (الاخلاص والصدق والطمانينة)
أصلاح السرائر (المراقبة والمشاهدة والمعرفة )
Memperbaiki anggota tubuh dengan banyak bertaubah, taqwa dan istiqomah.
Memperbaiki hati dengan ikhlas, jujur dan ketenangan.
Memperbaiki Rahasia ilahi dengan mendekat, mendekap dan merapatkan hati dan pikiran fokus kepada Allah swt.
Dalam hal ini diperkuat oleh Al-Imam al-A’zham Imam Assyafii tentang penguatan ilmu sebagai pilar keagamaan.
من أقوال الشافعي، العلم أربعة مراحل:
المرحلة الأولى: الكل يستطيع تناوله والوصول إلى هذه المرحلة ولكن اذا الشخص مشى في المرحلة الأولى ظن أنه أعلم الناس.
المرحلة الثانية: اذا الشخص تعلمها علم أنه فاته علم كثير وعلم أن العلم طويل.
المرحلة الثالثة: فإنه اذا اخذها علم أن ما تعلمه لا يعادل شيئا مما جهله وان ما جهله اضعاف مضاعفة مما تعلمه فحينئذ يتواضع ويخاف ويكثر من قول لا أعلم وحينئذ يعرف قدر أهل العلم ويقل إنكاره عليهم.
المرحلة الرابعة: فلا يصل إلى منتهاها أحد إلا نبي، فإن العلم بحر لا ساحل له.
Dari perkataan Syafi’i, ilmu itu ada empat tahap:
Tahap pertama: Setiap orang bisa mendekatinya dan mencapai tahap ini, namun jika seseorang melewati tahap pertama, dia mengira bahwa dialah orang yang paling berilmu.
Tahap kedua: Jika seseorang mempelajarinya, ia mengetahui bahwa ia telah melewatkan banyak ilmu dan mengetahui bahwa ilmu itu panjang.
Tahap ketiga: Jika dia mengambilnya, dia mengetahui bahwa apa yang dia pelajari tidak sebanding dengan apa yang tidak dia ketahui, dan bahwa apa yang tidak dia ketahui itu berkali-kali lipat lebih besar dari apa yang dia pelajari, maka dia merendahkan diri, menjadi takut, dan mengatakan saya tidak tahu banyak, dan kemudian dia mengetahui nilai orang-orang yang berilmu dan lebih sedikit mengingkari mereka.
Tahap keempat: Tidak ada seorangpun yang dapat mencapai tujuannya kecuali seorang nabi, karena ilmu pengetahuan bagaikan lautan yang tiada pantainya.
العلم خشية الله
قال الامام مجاهد رحمه الله تعالى الفقيه من يخاف الله وإن قل علمه والجاهل من عصى الله وإن كثر علمه [البداية والنهاية]
قال الامام أحمد رحمه الله رأس العلم خشية الله تعالى [الطبقات الحنابلة]
PANGKAL UTAMA KEILMUAN ITU: MENUMBUHKAN RASA TAKUT KEPADA ALLAH
Imam Mujahid bernasihat: Orang yang disebut al-Faqíh [yang faham agama secara baik] adalah orang yang selalu takut dalam pengawasan Allah swt meski ilmunya sedikit. Orang yang jahil [bodoh] adalah orang yang bermaksiat kepada Allah meskipun ilmunya banyak.
Imam Ahmad bin Hambal bernasihat: Kunci utama keilmuan itu adalah Khasyah / takut kepada Allah swt.
BATASAN BERAGAMA DALAM ANALISA SYAIKH ABU MUSA AL-ASY’ARY RA.
عن أبى موسى الاشعرى رضي الله تعالى عنه قال لكل شيء حد وحدود الاسلام الورع والتواضع والشكر والصبر فالورع ملاك الأمور والتواضع براءة من الكبر والصبر نجاة من النار والشكر الفوز بالجنة (انتهى تنبيه الغافلين للشيخ نصر بن محمد ابراهيم السمرقندى ص: ١٧١]
Imam Abi Musa al-As’ary rahimahullahu taala berkata: Segala sesuatu ada batasannya, Dan batasan beragama Islam itu ada empat faktor:
1]. Al-Wara’: Penentu semua urusan.
2]. Attawádhu’u: Sikap rendah hati: Pembebas dari kesombongan.
3]. Al-Syukru: Kesuksesan dalam bentuk syurga 4].al-Sabar: Keselamatan dari api neraka.
Lebih lanjut sebagai penguat dalam kajian ini, penjelasan tentang Mahabbah sebagai ruh sebuah perjuangan keagamaan.
KECINTAAN [MAHABBAH] ALLAH TERHADAP HAMBANYA MENJADI NIKMAT TERINDAH BAGI HAMBA-NYA: 10 TIPS NASIHAT ASSYAIKH IBN QAYYIM AL-JAUZIYYAH DALAM MERAIH CINTA ALLAH SWT.
Ada beberapa karunia yang termulia yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Ada nikmat Iman, Islam, Ihsan, Sehat wal afiat. Nikmat-nikmat itu lahir karena cinta dan ridhaNya Allah swt kepada hambanya. Dengan demikian, nikmat yang agung dan mulia bagi hamba Allah tertuju dan terfokus pada Mahabbatullah lil ibád [محبة الله للعباد].
Para Ulama khususnya ulama sufi menjadikan maqam [posisi] Mahabbah [kecintaan] Allah swt menjadi maqam yang tertinggi dalam suluk sufistik. Sebab segala hal yang dikerjakan oleh Hamba Allah tanpa melalui cinta kepada Allah atau Cinta Allah terhadap Allah swt, maka bisa dipastikan amal tersebut sia-sia dan tak diterima oleh Allah swt.
Di sinilah pentingnya memupuk rasa cinta yang mendalam kepada Allah yang menjadi penanda orang yang beriman
[والذين آمنوا اشد حبا لله- الاية من القرآن]
Orang yang beriman sangatlah mencintai Allah dengan sebenar-benarnya.
Selanjutnya untuk merajut cinta mahabbah Allah swt sebagai instrumen utama dalam menggadapi tantangan global yang menggurita ini, dan penting untuk dijadikan pijakan dalam kehidupan berbangsa dan beragama;
فصل: فى الاسباب الجالبة للمحبة والموجبة لها وهى عشرة:
احدها: قراءة القرآن بالتدبر والتفهم لمعانيه وما اريد به. كتدبير الكتاب الذى يحفظه العبد ويشرحه ليتفهم مراد صاحبه منه.
Fasal menjelaskan tentang sebab-sebab Cinta [Allah] yang mesti untuk ditunaikan yaitu ada 10
Pertama: Membaca al-Quran dengan menghayati dan merenungi kandungan isi al-Quran dan segala makna yang dimaksudkannya. Laksana Perenungan sang penulis buku yang dia hafal dan dia simpan dia jelaskan agar bisa dipahami apa yang dimaksudkan oleh penulisnya.
الثانى: التقرب الى الله بالنوافل بعد الفرائض فإنها توصله إلى درجة المحبوبية بعد المحبة.
Kedua: Mendekat kepada Allah dengan shalat-shalat sunnah setelah melaksanakan yang wajib. Karena shalat sunnah itu dapat menyampaikan orang ke derajat kecintaan demi kecintaan.
الثالث: دوام ذكره على كل حال باللسان والقلب والعمل والحال فنصيبه من المحبة على قدر نصيبه من هذا الذاكر.
Ketiga: Terus menurus zikir kepada Allah, baik zikir lisan, zikir hati dan zikir hal. Bagian kecintaannya Allah kepadanya bergantung pada ukuran zikirnya kepada Allah swt.
والرابع: إيثار محابه على محابك عند غلبات الهوى والتسنم الى محابه وان صعب
Keempat: Mendahulukan cinta kepada Allah dari cinta-cinta yang lain terutama di saat gejolak hawa nafsu meski itu sulit untuk menapakinya.
الخامس: مطالعة القلب لأسمآئه وصفاته ومشاهدتها ومعرفتها وتقلبه فى رياض هذه المعرفة ومباديها ومن عرف الله بأسمآئه وصفاته وافعاله احبه الله لا محالة
Kelima: Menata hati dengan merenungi asma’ dan sifat Allah swt. Mempersaksikan keagungan Allah, mengenal hakikat Allah swt,
السادس: مشاهدة بره وإحسانه وآلائه ونعمه الباطنة والظاهرة فإنها داعية إلى محبته.
Keenam: Mempersaksikan kebaikan, kemuliaan, kemurahan dan segala nikmat Allah swt baik nikmat yang zhahir maupun nikmat yang bathin. Semua itu menjadi penguat menuju cinta Allah swt.
السابع: -وهو من اعجبها – انكسار القلب بكليته بين يدى الله تعالى
Ketujuh: ini yang paling ajib, Meleburnya hati dengan segala unsur-unsurnya di hadapan Allah swt.tak ada ungkapan yang paling tepat selain hati selalu mengambil perenungan dan pembelajaran dari segala hal.
الثامن : الخلوة به وقت النزول الالهى لمناجاته وتلاوة كلامه والوقوف بالقلب والتأدب بأدب العبودية بين يديه ثم ختم ذلك بالاستغفار والتوبة.
Kedelapan: Berkhalwah di waktu sepi saat turunnya perintah ilahy untuk munajat, berdoa, membaca kalam-Nya, merenungi diri, bertata krama dengan tata kerama kehambaan di hadapan Allah swt, kemudian diakhiri dengan istighfar dan taubat.
التاسع: مجالسة المحبين الصادقين والتقاط أطاييب ثمرات كلامهم كما ينتقى اطايب الثمر. ولا تتكلم الا ترجحت مصلحة الكلام وعلمت أن فيه مزيدا لحالك ومنفعة لغيرك.
Kesembilan: Bermajlis [membersamai] orang orang yang shaleh, orang yang jujur dan memetik buah untaian kalimatnya yang baik-baik, laksana memetik buah-buah yang baik, tak berkata-kata kecuali yang sudah pasti benarnya, dan ada kemashlatan, di mana Anda tahu itu akan menambah kebaikan untuk dirimu dan kebermanfaatan bagi banyak orang.
العاشر: مباعدة كل سبب يحول بين القلب وبين الله.
Kesepuluh: Menjauhi semua sebab dan ahwal yang dapat memalingkan antara hatimu dengan Allah swt [ انتهى مدارج السالكين ص: ٢١-٢٢ ج. ٣]
REFLEKSI KEHIDUPAN:
EMPAT FAKTOR UTAMA PENOPANG HIDUPNYA PERADABAN MANUSIA: NASIHAT MULIA AL-IMAM ANNASÃÍ RA.
Menarik untuk terus kita cermati dan arifi setiap detik denyut jantung kehidupan kita masing-masing. Seberapa kuat dan kokohnya benteng pertahanan kehidupan kita di arus gelombang ombak yang terus berdebur, arus angin kencang kehidupan yang terus berhembus, atau arus badai kehidupan yang terus menerpa diri manusia,? Dan seterusnya pertanyaan yang beraneka ragam dan kata.
Maka intinya, hidup harus terus ditapaki dan dijalani, meski banyak onak dan duri.
فقه الحياة
قوام الدنيا أربعة :
عالم يستعمل علمه
وجاهل يريد أن يتعلم
وكريم لا يبخل بمعروف
وفقير لا يبيع الدنيا بالآخرة. [الامام النسائى رحمه الله تعالى]
Imam Annasâì bernasihat:
Tegak teguh dan kokohnya dunia dengan empat faktor:
Pertama: Orang alim, Pintar yang mengamalkan ilmunya.
Kedua: Orang yang bodoh, jahil tapi terus mau belajar.
Ketiga: Orang yang dermawan yang tak pernah bakhil, pelit dalam kebaikan.
Keempat: Orang fakir miskin yang tak menjual akhiratnya dengan dunia. [Imam Nasa’i rahimahullahu taala].
EPILOG:
Beragama dan berkeagamaan tidak bisa terlepas dari sikap kita memahami dan mengamalkan ajaran agama. Ajaran agama yang paling sempurna adalah pengamalan yang dilandasi oleh IMAN, ISLAM, DAN IHSAN yang berwujud nyata dalam sikap menghargai perbedaan dan keragaman yang muara utamanya adalah menghadirkan ajaran islam yang ramah, pemurah, mashlahah, berkah, dan harmoni dalam moderat yang mewujudkan kedamaian sosial, dan juga terpenuhinya tiga syarat sikap moderat dalam beragama: memiliki pengetahuan yang luas, mampu mengendalikan emosi untuk tidak melampui batas, selalu berhati-hati.
Dapat diringkas dalam tiga kata:
Berilmu
Berbudi
Berhati-hati. [Konsep Moderasi Beragama Kemenag RI- h. 19-20].
Di Indonesia, Diskursus Moderasi sering dijabarkan melalui tiga pilar;
Pilar Pertama: Moderasi Pemikiran
Pilar Kedua: Moderasi Gerakan,
Pilar Ketiga: Moderasi Perbuatan.
Indikator Moderasi Beragama kementerian Agama empat hal:
Pertama: Komitemen kebangsaan.
Kedua: Toleransi
Ketiga: anti-kekerasan.
Keempat: Akomodatif terhadap kebudayaan lokal.
Secara Sosial Politik, Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk mengembangkan gagasan moderasi beragama. Setidaknya ada tiga prinsip dasar negara yang diadopsi oleh Indonesia dalam menumbuhkan watak moderat masyarakatnya:
Pertama: Indonesia bukanlah negara sekuler, bukan negara teokratis atau agama, tetapi negara kebangsaan yang berketuhanan atau beragama.
Kedua: Negara berkewajiban memberikan jaminan dan perlindungan kebebasan beragama yang lapang dan bertanggung jawab.
Ketiga: Negara melindungi kebhinekaan atau keragaman [heterogenitas] dalam agama, budaya dan ras.
Semoga kajian sederhana yang tidak sistematis apalagi tidak analitis, dapat menjadi pemahaman mendasar untuk lebih mengkaji hal-hal yang lebih ilmiah dan sistematis.
[Salam Takziem, HFD – Fahrurrozi Abu Raziqi ].(*)
Penulis Adalah Dosen Pascasarjana UIN Mataram – Ketua PBNW