Transisi Energi Flores, Ahli Geothermal: Lebih Murah dan Bermanfaat

- Jurnalis

Senin, 5 Mei 2025 - 14:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suasana diskusi publik SSF Indonesia.

Suasana diskusi publik SSF Indonesia.

MATARAM, LOMBOKTODAY.ID – Ahli geothermal Institut Teknologi Bandung (ITB), Ali Ashat menyebut potensi geothermal di Flores merupakan pilihan utama dalam upaya transisi energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang jauh lebih murah dan ramah lingkungan.

“Flores punya sesuatu (panas bumi) yang lebih murah dan bermanfaat. Kepingin banget supaya energinya energi yang bersih. (Energi) yang jelas dan yang sudah terbukti itu sebetulnya geothermal,” kata Ali Ashat dalam agenda halal bihalal dan diskusi publik SSF Indonesia belum lama ini.

Maka dari itu, Ali Ashat berharap, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) oleh PT PLN (Persero) dapat memperoleh dukungan dari seluruh stakeholder, termasuk masyarakat lokal. Sebab, melalui PLTP, subsidi pemerintah yang selama ini digunakan untuk PLTD dapat dialihkan untuk fasilitas lain yang tak kalah penting bagi kemajuan daerah.

Terkait kekhawatiran masyarakat dalam eksplorasi dan operasi geothermal, Ali Ashat menyatakan hal itu menjadi kekhawatiran bersama, seluruh pemangku kepentingan, baik dari sisi industri maupun pemerintah.

Namun, peneliti yang telah menekuni geothermal selama 27 tahun ini tak memungkiri ada beberapa kesalahpahaman dalam memahami risiko geothermal, terutama isu terkait pencemaran air tanah, paparan gas beracun, emisi karbon, gempa bumi, hingga penurunan muka tanah.

Kesalahpahaman sehubungan dengan isu di atas, kata Ali Ashat, terjadi lantaran anggapan bahwa setiap geothermal sama. Padahal terdapat beberapa jenis geothermal dengan sistem kerja yang berbeda. Oleh sebab itu, risiko geothermal di suatu negara belum tentu sama dengan negara lain.

Baca Juga :  Sidang Paripurna Terhadap Ranperda Perubahan APBD Tahun Anggaran 2025

“Geothermal ada beberapa jenis; geopressured, hot sedimentary equifer, hydrothermal, petrothermal, engineered geothermal. Di Indonesia, sistemnya hydrothermal. Jadi sudah ada panasnya dan sudah ada airnya tinggal mengambil,” jelas Ali Ashat.

Di samping itu, pengembangan geothermal dilakukan melalui tahapan yang ketat dan terukur menggunakan teknologi yang telah teruji. Perlatan bor, misalnya, dalam proses pengeboran, menggunakan teknologi yang efisien, andal, dan terjamin melalui sistem otomatis yang cerdas sehingga mampu memprediksi dan mencegah kegagalan saat eksplorasi. Jaminan keselamatan ini menjadi perhatian utama dalam tahap pengeboran.

“Dari awal sudah dilakukan monitor. Pada saat sudah beroperasi tetap dimonitor terus menerus sehingga nanti akan bisa dilakukan manajemen supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Selain Ali Ashat, harapan pengembangan geothermal di Pulau Flores juga datang dari ahli geothermal Universitas Gadjah Mada (UGM), Pri Utami. Dalam audiensi lanjutan bersama Pemprov NTT, Ditjen EBTKE, dan pengembang panas bumi beberapa hari lalu, Pri Utami menegaskan bahwa panas bumi di Flores merupakan anugerah Tuhan dan telah diteliti bertahun-tahun oleh ahli sehingga menjadi sebuah wilayah kerja panas bumi (WKP).

Pri Utami menjelaskan, berdasarkan penelitian telah ditetapkan bahwa geothermal bukanlah tambang. Aktivitas eksplorasi geothermal dilakukan dengan memanfaatkan energi panas bumi yang terbarukan, bukan mengeksploitasi sumber daya alam terbatas. Dengan demikian, kelestarian lingkungan tetap terjaga dan kesejahteraan dapat dicapai.

“Pasti akan muncul manifestasi seperti lubang uap panas, lumpur, suara gemuruh dan bau belerang. Ini perlu diperhatikan dan dikelolah agar bisa dijaga keselamatan dan bahkan bisa saja menjadi tempat wisata, pemanas atau pengering hasil pertanian dan pembangkit listrik,” jelas Pri Utami.

Baca Juga :  Seruan PAW Terdakwa Anggota DPRD Loteng Dinilai Prematur

Asap atau uap yang keluar dari manifestasi, kata Pri Utami, merupakan gejala alami dari aktivitas bawah permukaan bumi dan tidak serta-merta disebabkan oleh pengembangan geothermal, seperti yang terjadi di Kawah Sikidang, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Nama Sikidang berasal dari “kidang” atau “kijang”. Nama ini digunakan berdasarkan letak kawah utama yang berpindah-pindah layaknya kijang yang senang melompat ke sana kemari.

“Seperti di Kawah Sikidang, Dieng, manifestasi itu berpindah-pindah bahkan sejak sebelum adanya kegiatan pengeboran. ini sudah terjadi bahkan sebelum kita lahir,” ujar Pri Utami.

Meneruskan pernyataan Ali Ashat dan Pri Utami, General Manager (GM) PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), Yasir menjelaskan, bahwa pihaknya akan terus melakukan pendekatan humanis kepada masyarakat lokal agar masyarakat semakin memahami pentingnya transisi energi.

PLN, kata GM Yasir, terus mempererat sinergi dengan masyarakat lokal melalui sejumlah program sosialisasi, mulai dari free, prior and informed consent (FPIC) hingga tabe gendang yang merupakan tradisi masyarakat lokal.

“PLN merangkul dan siap berdialog dengan seluruh kalangan masyarakat, mulai dari tua gendang, tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok tani, hingga pemilik lahan, demi mewujudkan kemandirian energi di Flores,” jelas GM Yasir.(arz)

Berita Terkait

Serapan Pajak Kendaraan di Lotim Hanya Tembus Kisaran 50 Persen
Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 Jadi Ajang Nation Branding Sport Tourism Indonesia ke Mata Dunia, Dorong Pertumbuhan Ekonomi NTB
Perda APBD Perubahan Kabupaten Lotim Tahun 2025 Disahkan
IMOS 2025, New Honda ADV160 Disambut Antusias dan Jadi Primadona
Kapolres Loteng Dampingi Kapolda NTB Panen Raya Jagung Serentak Kuartal III di Desa Selebung-Batukliang
Sambut MotoGP 2025, Astra Motor NTB Serahkan 10 Unit Honda ICON e: Dukung Operasional ITDC Mandalika
Motor SUV Kebanggaan New Honda ADV160 Siap Jadi Magnet Utama di IMOS 2025
Buka PEDA KTNA XVII, Gubernur NTB Tekankan Optimalisasi Lahan dan Revitalisasi Irigasi

Berita Terkait

Rabu, 1 Oktober 2025 - 09:09 WIB

Serapan Pajak Kendaraan di Lotim Hanya Tembus Kisaran 50 Persen

Selasa, 30 September 2025 - 15:03 WIB

Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 Jadi Ajang Nation Branding Sport Tourism Indonesia ke Mata Dunia, Dorong Pertumbuhan Ekonomi NTB

Senin, 29 September 2025 - 17:01 WIB

Perda APBD Perubahan Kabupaten Lotim Tahun 2025 Disahkan

Senin, 29 September 2025 - 13:00 WIB

IMOS 2025, New Honda ADV160 Disambut Antusias dan Jadi Primadona

Sabtu, 27 September 2025 - 15:19 WIB

Kapolres Loteng Dampingi Kapolda NTB Panen Raya Jagung Serentak Kuartal III di Desa Selebung-Batukliang

Berita Terbaru

Pariwisata Seni Budaya

Gubernur NTB dan CEO Dorna Sport Resmikan Museum Civilization Mandalika

Kamis, 2 Okt 2025 - 13:03 WIB

Ekonomi & Bisnis

Serapan Pajak Kendaraan di Lotim Hanya Tembus Kisaran 50 Persen

Rabu, 1 Okt 2025 - 09:09 WIB