MATARAM, LOMBOKTODAY.ID – Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto menyarankan agar poros-poros dan kandidat calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) NTB yang sudah muncul untuk ikut bertarung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB tahun 2024, untuk langsung turun sosialisasi ke tengah-tengah masyarakat. Mendatangi mereka, mendengar langsung apa yang mereka inginkan, dan bila perlu dibarengi dengan kegiatan-kegiatan bhakti sosial (baksos). Lengkapi pula hal tersebut dengan menyiapkan publikasi baik melalui media luar ruang ataupun media massa.
‘’Kandidat perlu mempertimbangkan dengan cepat apakah mereka akan mencalonkan diri atau tidak, dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulai pengenalan diri secara langsung ke masyarakat,’’ kata Direktur Mi6 yang biasa disapa Didu, Sabtu (13/4/2024).
Mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB dua periode ini menegaskan, semakin cepat keputusan dibuat, maka semakin cepat pula bagi para kandidat untuk membangun tim pemenangan yang kuat, kompeten, dan terorganisir dengan baik. Kaberadaan tim pemenangan ini dapat membantu kandidat untuk segera memulai aktivitas pengenalan diri yang efektif.
Selain itu, strategi kampanye jangka pendek dan jangka panjang juga segera bisa disiapkan. Sebab, sangat krusial bagi kandidat untuk memiliki rencana kampanye yang terstruktur dan terperinci yang mencakup kegiatan jangka pendek dan jangka panjang untuk memaksimalkan dampak kampanye.
‘’Kandidat harus mulai hadir di acara-acara masyarakat dan memperkenalkan diri kepada pemilih potensial. Inilah cara terbaik bagi kandidat memaksimalkan peluang mereka untuk berhasil dalam kampanye politik dan membangun dukungan yang kuat di masyarakat,’’ ujar Didu.
Didu tak menampik, bahwa saat ini adalah era digital. Karena itu, pengenalan diri melalui group-group aplikasi perpesanan dan juga melalui media sosial, juga bagian penting dari proses pengenalan diri bagi kandidat. Namun, ditegaskan analis politik yang dikenal humble ini, dengan langsung sosialisasi di tengah-tengah masyarakat, akan dapat memberikan keuntungan besar bagi kandidat yang ingin memperkenalkan dirinya kepada pemilih. ‘’Sosialisasi langsung itu tak tergantikan. Karena itu memungkinkan kandidat untuk membangun konektivitas emosional dengan pemilih,’’ ucap Didu.
Dengan bertemu langsung, kandidat memiliki kesempatan untuk berbicara secara langsung dengan warga, mendengarkan masalah dan kekhawatiran mereka, serta menunjukkan empati dan pemahaman yang lebih dalam terhadap kebutuhan mereka. Hal itu kata Didu, dapat menciptakan ikatan yang kuat antara kandidat dan pemilih, yang dalam banyak pengalaman tidak dapat dicapai melalui sosialisasi di media sosial saja.
Kehadiran langsung kandidat di masyarakat juga bisa memberikan kesan bahwa kandidat peduli dan bersedia berinvestasi waktu dan energi untuk mendengarkan dan berinteraksi dengan pemilih. Sehingga, hal tersebut dengan sendirinya dapat membantu membangun kepercayaan pemilih terhadap kandidat, karena mereka melihat kandidat secara langsung dan memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban secara langsung.
Di luar itu, sosialisasi langsung memberikan kandidat kesempatan untuk mengatasi ketidakpastian atau mispersepsi yang mungkin ada di antara pemilih. Melalui dialog langsung, kandidat dapat memberikan klarifikasi tentang platform, visi, dan rencana mereka secara langsung, sehingga mengurangi peluang terjadinya kesalahpahaman atau informasi yang salah.
‘’Berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat dapat membangun kepercayaan terhadap kandidat. Jangan lupa, pemilih cenderung lebih menerima dan percaya pada kandidat yang mereka lihat secara langsung dan berinteraksi dengannya,’’ jelas Didu.
Di samping itu, sosialisasi langsung memungkinkan kandidat untuk memperkuat citra autentik mereka. Sebab, tatkala mereka berbicara secara langsung dengan masyarakat, pemilih dapat menilai integritas dan keaslian kandidat dengan lebih baik daripada melalui media sosial yang sering kali sudah pasti disaring.
Pada saat yang sama, pertemuan langsung dengan kandidat dapat menciptakan pengalaman yang berkesan bagi pemilih. Ini dapat membantu kandidat untuk membedakan diri mereka dari pesaing dan meningkatkan kesan positif yang mempengaruhi pemilih saat mereka pergi ke tempat pemungutan suara.
Dan yang paling penting dari semua itu kata Didu, dengan sosialisasi langsung, kandidat dapat meningkatkan kesadaran pemilih tentang proses politik dan pentingnya pemilihan. Dengan berinteraksi langsung dengan pemilih, kandidat dapat mendorong partisipasi aktif dalam proses demokrasi, seperti memberikan informasi tentang cara mendaftar sebagai pemilih, mengajak pemilih untuk menggunakan hak pilih mereka, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya memilih pemimpin yang tepat.
‘’Tidak ada yang lebih kuat dalam politik daripada momentum. Mereka yang terampil memanfaatkan momentum akan menguasai panggung politik. Momentum itu tak ubahnya peluru ajaib yang mengubah calon menjadi pemenang,’’ kata Didu.(Sid)