OLEH: H. FAHRURROZI DAHLAN, QH │
Prolog:
Salah satu contoh integrasi saraf dapat dilihat fungsi-fungsi yang muncul dari area otak yang sangat integratif yaitu bagian tengah korteks prefrontal [middle prefrontal cortex].
Dengan melibatkan bagian-bagian tertentu dari wilayah prefrontal yang terletak di belakang dahi [termasuk cingulte anterior, orbitofrontal dan zon prefrontal media dan ventrolateral]. Sedangkan ada sembilan fungsi prefontal tengah yang muncul dari integrasi multidimensi ini meliputi:
Regulasi tubuh, komunikasi selaras, keseimbangan emosional, pengelolaan rasa takut, fleksibilitas dalam respons, wawasan diri, empati, kesadaran moral dan terakhir intuisi.
Fungsi-fungsi ini akan berada di urutan teratas dalam daftar banyak orang ketika mendeskripsikan kesejahteraan. Fungsi-fungsi ini juga merupakan hasil dan proses yang telah terbukti dari keterampilan reflektif untuk melihat ke dalam diri dan fungsi pertama dari daftar ini terbukti merupakan hasil dari hubungan orang tua – anak yang aman dan penuh kasih sayang.
قال ابو حاتم: الواجب على العاقل أن يلزم الصمت الى ان يلزمه التكلم فيما أكثر من ندم اذا نطق وأقل من يندم إذا سكت وأطول الناس شفاء وأعظمهم بلاء من ابتلى بلسان مطلق وفؤاد مطبق.
Terjemahan:
Abu Hatim berkata: Wajib bagi orang yang berakal untuk selalu diam sampai dia dipaksa untuk berbicara, karena jika dia berbicara maka dia akan lebih banyak menyesal, dan jika dia diam maka dia akan lebih sedikit menyesal. Orang yang paling lama sembuh dan paling besar musibahnya adalah orang yang diuji dengan lidah yang tidak terkontrol dan hati yang tidak terjaga.
Nasihat Syaikh Abu Hatim ini menekankan pentingnya menjaga lidah dan hati. Orang yang berakal harus selalu diam dan tidak berbicara kecuali jika memang diperlukan, karena berbicara dapat membawa kepada kesalahan dan penyesalan. Sebaliknya, diam dapat membawa kepada keselamatan dan ketenangan.
Lidah yang tidak terkontrol dapat membawa kepada banyak masalah, seperti fitnah, ghibah, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga lidah kita dan tidak membiarkan kata-kata yang tidak baik keluar dari mulut kita.
Hati yang tidak terjaga juga dapat membawa kepada banyak masalah, seperti kesombongan, riya’, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga hati kita dan membersihkannya dari sifat-sifat yang tidak baik.
Pesan Moral:
a]. Jaga lidah dan hati kita dari kata-kata dan sifat-sifat yang tidak baik.
b]. Diam adalah emas, berbicara hanya jika diperlukan.
c]. Jaga hati kita dari kesombongan, riya’, dan sifat-sifat yang tidak baik.
c].Selalu beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas kesalahan-kesalahan kita.
واللسان فيه عشر خصال يجب على العاقل أن يعرفها ويضع كل خصلة منها فى موضعها:
١: هو أداة يظهر بها البيان
٢: وشاهد يخبر عن الضمير
٣: وناطق يرد به الجواب
٤: وحاكم يفصل به الخطاب
٥: وشافع تدرك به الحاجات
٦: وواصف تعرف به الأشياء
٧: وحاصد تذهب به الضغينة
٨: ونازع يجذب المودة
٩: ومسل يذكى القلوب
١٠: ومعز ترد به الأحزان.
Terjemahan:
Lidah memiliki sepuluh sifat yang harus diketahui oleh orang yang berakal dan meletakkan setiap sifat itu pada tempatnya:
1. Lidah adalah alat untuk mengungkapkan kebenaran.
2. Lidah adalah saksi yang memberitahu tentang apa yang ada di dalam hati.
3. Lidah adalah pembicara yang menjawab pertanyaan.
4. Lidah adalah hakim yang memutuskan perkara.
5. Lidah adalah pemberi syafaat yang mencapai kebutuhan.
6. Lidah adalah penggambaran yang mengenalkan hal-hal.
7. Lidah adalah pemutus yang menghilangkan kebencian.
8. Lidah adalah penarik yang menarik kasih sayang.
9. Lidah adalah penghibur yang menghangatkan hati.
10. Lidah adalah penghibur yang menghilangkan kesedihan.
Nasihat mulia ini menjelaskan tentang sifat-sifat lidah dan bagaimana kita harus menggunakannya. Lidah adalah nikmat yang besar dari Allah, dan kita harus menggunakannya untuk kebaikan.
Lidah harus digunakan untuk mengungkapkan kebenaran dan tidak untuk berbohong.Lidah harus digunakan untuk memberitahu tentang apa yang ada di dalam hati dan tidak untuk menyembunyikan kebenaran. Lidah harus digunakan untuk menjawab pertanyaan dan tidak untuk memotong pembicaraan orang lain. Lidah harus digunakan untuk memutuskan perkara dan tidak untuk memecah belah. Lidah harus digunakan untuk mencapai kebutuhan dan tidak untuk meminta-minta. Lidah harus digunakan untuk mengenalkan hal-hal dan tidak untuk menyebarkan fitnah. Lidah harus digunakan untuk menghilangkan kebencian dan tidak untuk memicu pertengkaran. Lidah harus digunakan untuk menarik kasih sayang dan tidak untuk memicu kebencian. Lidah harus digunakan untuk menghangatkan hati dan tidak untuk mendinginkan. Lidah harus digunakan untuk menghilangkan kesedihan dan tidak untuk memicu kesedihan.
Pesan Moral:
Jaga lidah kita dan gunakan untuk kebaikan.
Jangan gunakan lidah untuk berbohong, menyebarkan fitnah, atau memicu pertengkaran.
Gunakan lidah untuk mengungkapkan kebenaran, menghilangkan kebencian, dan menghangatkan hati.
Selalu beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas kesalahan-kesalahan kita.
ولقد احسن الذى يقول:
إن الكلام يعجبك السكوت فانه
قد كان يعجبك قبلك الاخيارا.
ولئن تدمت على سكوت مرة
ولقد ندمت على الكلام مرارا.
إن السكوت سلامة ولربما
زرع الكلام عداوة وضرارا.
وإذا تقرب خاسر من خاسر
زادا بذلك خسارا وتبارا.
Terjemahan:
Sungguh baik orang yang berkata:
“Sesungguhnya diam itu menyenangkan, maka diamkanlah,
Karena orang-orang sebelum kamu yang baik-baik juga telah menikmatinya.
Aku pernah menyesali diamku sekali,
Tapi aku telah menyesali bicaraku berkali-kali.
Diam itu keselamatan, dan terkadang bicara dapat menanamkan permusuhan dan kerusakan.
Jika orang yang merugi mendekati orang yang merugi,
Maka kerugian dan kebinasaan akan bertambah.”
Syair ini menekankan pentingnya diam dan menjaga lidah. Orang yang bijak harus selalu diam dan tidak berbicara kecuali jika memang diperlukan, karena berbicara dapat membawa kepada kesalahan dan penyesalan.
Diam itu keselamatan, karena dengan diam kita dapat menghindari banyak masalah dan kesulitan. Sebaliknya, berbicara dapat membawa kepada permusuhan dan kerusakan, karena kata-kata yang tidak bijak dapat menyakiti hati orang lain dan memicu pertengkaran.
Syair ini juga menekankan bahwa jika orang yang merugi mendekati orang yang merugi, maka kerugian dan kebinasaan akan bertambah. Ini berarti bahwa kita harus selalu berusaha untuk mendekati orang-orang yang baik dan bijak, dan menjauhi orang-orang yang merugi dan bodoh.
Pesan Moral:
Jaga lidah kita dan gunakan untuk kebaikan.
Diam itu keselamatan, berbicara hanya jika diperlukan.
Jangan mendekati orang-orang yang merugi dan bodoh, tapi dekatilah orang-orang yang baik dan bijak.
Selalu beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas kesalahan-kesalahan kita.
[Disadur dari Kitab Raudhatul Uqola’ wa Nuzhatul Fudhola’ karya Syaikh al-Hafiz Abu Hátim Muhammad ibn Hibban al-Tamimy, h. 34].(*)
Penulis adalah Guru Besar UIN Mataram.
















