JAKARTA, LOMBOKTODAY.ID – Ketua Komisi I DPR RI 2010-2017, Mahfuz Sidik menegaskan, bahwa Perang Dunia (PD) III yang dipicu keterlibatan Amerika Serikat (AS) yang membantu Israel menyerang tiga instalasi nuklir Iran di Fordow, Natanz dan Isfahan, dinilai masih jauh.
Sebab, hal itu hanya sebagai upaya Israel dan AS untuk melakukan pengalihan perhatian dunia terhadap tragedi kemanusian yang terjadi di Gaza, Palestina, dan memuluskan rencana pembentukan negara Israel Raya.
Hal itu disampaikan Mahfuz Sidik dalam Catatan Demokrasi tvOne bertajuk ”Lindungi Israel, Amerika Malah Dirudal Iran!”, pada Selasa malam (24/6/2026).
“Menurut saya, perang dunia III masih jauh. Tetapi, kalau tragedi kemanusian yang sangat kelam abad ini, yaitu genosida di Gaza Palestina yang dilakukan rezim Zionis Israel dan didukung oleh Amerika, akan terus berlangsung dan semakin kelam,” kata Mahfuz.
Menurut Mahfuz, penyerangan tiga instalansi nuklir Iran oleh AS, merupakan keberhasilan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menyeret Amerika masuk dalam perang Iran-Israel.
“Karena dengan cara itulah dia semakin percaya diri dan kekuasaannya masih akan berlanjut. Terbukti setelah kasus penyerangan Amerika ke Iran, polling terhadap Netanyahu di dalam negerinya, tingkat kepercayaannya semakin meningkat,” katanya.
Sehingga Zionis Israel, lanjut dia, akan semakin brutal dalam melakukan tragedi kemanusiaan di Gaza, Palestina. Karena Presiden AS, Donald Trump dan PM Israel, Netanyahu memiliki agenda politik dan ambisi yang sama untuk mengosongkan Gaza dari warga Palestina.
“Artinya apa? Israel dan Amerika punya agenda politik dan ambisi yang sama. Dan kalau hari ini, Amerika menyerang tiga instalasi nuklir Iran itu sebenarnya adalah untuk memuluskan kepentingan Israel zionisme berjalan lancar. Sebab, Iran adalah poros perlawanan yang belum dihancurkan,” ujarnya.
Sekretraris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini berpandangan bahwa perang Iran-Israel sebenarnya adalah satu ‘switch‘ yang sengaja dimainkan untuk mengalihkan perhatian publik secara internasional terhadap ‘core isu‘ sebenarnya. Yakni tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza, Palestina.
“Hari ini dan mungkin satu dua minggu ke depan, kita masih sibuk bicara tentang konflik Israel-Iran dan kemungkinan Perang Dunia III dengan segala macam skenarionya. Itu hanya untuk mengalihkan perhatian publik dunia dari ‘core isu‘ aktual, yaitu konflik antara Palestina-Israel dan tragedi kemanusian di Gaza,” jelasnya.
Pecahnya konflik Iran-Israel dan keterlibatan Amerika dalam perang tersebut, sengaja dimainkan isu kepemilikan senjata nuklir oleh Iran, karena Iran dianggap menjadi penghalang bagi Netanyahu dan pemerintah Zionis dalam membangun Israel Raya.
“Sekarang ini poros perlawanan tinggal Iran. Suriah sudah ditaklukkan dengan pergantian rezim. Hizbullah sudah porak poranda, dan Houthi tidak perlu dikhawatirkan, karena sangat kecil. Kalau Iran digempur habis-habisan hingga luluh lantak oleh Israel dan Amerika. Maka tidak ada lagi penghalang apapun bagi Isarel untuk melanjutkan semua ambisi politiknya,” ujar Mahfuz.
Ia menegaskan, di saat masyarakat dunia mempunyai empati kolektif terhadap nasib bangsa Palestina atas dasar isu kemanusiaan, upaya untuk menguasai Palestina dan merealisasikan Israel Raya tidak bisa diwujudkan, di samping Iran juga belum bisa ditaklukkan.
“Isu konflik Palestina dan yang terjadi di Gaza sekarang ini telah menjelma menjadi kesadaran publik, bukan soal kebencian agama, tapi sudah menjadi isu politik dan kemanusiaan,” tegasnya.
“Kalau itu soal agama, bagaimana kita menjelaskan begitu banyak orang-orang Yahudi yang turun demo di Amerika Serikat, bukan hanya di New York , tapi di banyak Kota di Amerika, termasuk di Eropa. Mereka menentang apa yang dilakukan oleh Netanyahu. Mereka Yahudi loh, dengan jenggot yang panjang-panjang dan jubah khasnya, tapi mereka menentang Netanyahu,” sambungnya.
Namun, Mahfuz menilai PM Israel, Benyamin Netanyahu akan terus melanjutkan operasi militernya tidak hanya di Gaza, tapi juga di Tepi Barat, sampai semua wilayah Palestina dikuasainya dan negara Israel Raya terwujud.
“Jadi fokus Israel tidak hanya Gaza saja, tapi juga Tepi Barat sampai seluruh wilayah Palestina dikuasai. Dan Iran dianggap penghalang yang belum bisa ditaklukkan. Menyeret Amerika masuk ke dalam perang adalah keberhasilan Netanyahu untuk menghancurkan Iran,” ujarnya.(arz)