Oleh: H Fahrurrozi Dahlan, QH |
ADA ungkapan yang bijak dan relevan untuk dikaji dan dianalisa tentang sosok manusia yang memilikk kecerdasan yang baik.
Karakter kecerdasan yang baik ini, tercantum dalam ungkapan narasi berikut ini:
سُئل أعرابى من هو الذكي؟
فقال: هو الفطِن المتغافل الذى:
يرى الأخطاء ولا يراها
ويرى حاسده ولا يهتم
ويرى عدوه ولا يلتفت
ويرى الفتنة فلا ينظر
ومبتعد عن القيل والقال
فيبيت وقلبه نقي، ونفسه راضية
فلا تعب، ولا فكر، ولا كدر، ولا همّ.
Maknanya.
Sebuah Pertanyaan tentang Kecerdasan
Dari seorang Arab Badui ditanya, “Siapa orang yang cerdas?”
Dia menjawab: “Orang cerdas itu adalah orang yang cerdik dan lalai, yang memiliki ciri-ciri:
Pertama: Dia tahu kesalahan orang tetapi tidak mau melihatnya.
Kedua: Dia melihat orang yang hasad tetapi tidak peduli.
Ketiga: Dia tahu musuhnya tetapi tidak menoleh kepadanya.
Keempat: Dia melihat fitnah tetapi tidak mau memfokuskan perhatian padanya.
Kelima: Dia acuh dan cuek terhadap suara-suara sumbang yang tidak jelas sumbernya.
Keenam: Dia tidur dengan nyenyak dan beristirahat dengan tenang.
Ketujuh: Hatinya bersih.
Kedelapan: Jiwanya tenang dan bahagia.
Kesembilan: Dia tidak lelah memikirkan orang lain, tidak galau, tidak bimbang.
Analisis sembilan kriteria orang cerdas dan berwibawa yang dijelaskan dan dapat dikaitkan dengan beberapa teori dan konsep dalam filsafat, psikologi, dan etika. Berikut ini adalah beberapa teori yang relevan untuk membantu memahami gagasan ini:
1. Teori Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)
Daniel Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengarahkan emosi diri sendiri serta orang lain. Orang cerdas dalam konteks ini adalah orang yang mampu mengelola perasaan seperti marah, dendam, dan kebencian, serta tidak membiarkan perasaan tersebut mempengaruhi tindakan atau respons mereka.
Kriteria seperti “melihat kesalahan tetapi tidak memperdulikannya” dan “melihat musuh tetapi tidak menoleh” menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan tetap fokus pada hal yang lebih penting. Hal ini sesuai dengan prinsip kecerdasan emosional, di mana seseorang tidak mudah terbawa oleh provokasi atau emosi negatif.
2. Teori Stoisisme
Filsafat Stoikisme yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Seneca dan Marcus Aurelius, menekankan pentingnya ketenangan jiwa dan pengendalian diri. Orang cerdas dan berwibawa menurut Stoikisme adalah mereka yang tidak terpengaruh oleh peristiwa eksternal yang berada di luar kendali mereka.
Aspek-aspek seperti “melihat fitnah tetapi tidak memfokuskan” dan “acuh terhadap suara sumbang” menunjukkan bahwa individu yang bijaksana tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif yang tidak relevan dengan tujuan hidup mereka. Mereka memilih untuk fokus pada apa yang bisa mereka kendalikan, yaitu pikiran dan tindakan mereka sendiri.
3. Teori Etika Islam
Dalam perspektif tasawuf atau etika Islam, kesucian hati dan ketenangan jiwa sangat ditekankan. Al-Ghazali, seorang teolog dan sufi besar, menekankan pentingnya hati yang bersih dari penyakit-penyakit batin seperti hasad, iri hati, dan kebencian.
Orang cerdas menurut pandangan ini adalah orang yang, meski menghadapi tantangan seperti fitnah dan hasad, tetap menjaga kebersihan hati dan tidak terpengaruh oleh keburukan tersebut. “Hatinya bersih” dan “jiwanya tenang” adalah karakteristik yang sesuai dengan ajaran tentang tazkiyatun nafs (penyucian jiwa).
4. Teori Manajemen Stres (Stress Management)
Orang yang tidak “lelah memikirkan orang, tidak galau, tidak bimbang” adalah contoh dari seseorang yang mampu mengelola stres dengan baik. Dalam teori manajemen stres, kemampuan untuk mengabaikan gangguan-gangguan eksternal dan tetap fokus pada hal yang lebih produktif adalah salah satu indikator kecerdasan.
Seseorang yang bisa “tidur lelap, rehat tenang” di tengah berbagai masalah menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan untuk memprioritaskan ketenangan batin dan tidak membiarkan kekhawatiran yang berlebihan menguasai hidup mereka.
5. Teori Mindfulness dan Ketidakterikatan (Non-Attachment)
Mindfulness adalah praktik kesadaran penuh terhadap momen sekarang, tanpa terpengaruh oleh penilaian atau emosi negatif. Ketika seseorang “melihat kesalahan tetapi tidak melihatnya,” ini bisa dipahami sebagai bentuk mindfulness, di mana orang tersebut sadar akan situasi yang terjadi tetapi memilih untuk tidak bereaksi berlebihan.
Non-attachment, sebuah konsep yang ditemukan dalam berbagai tradisi spiritual, termasuk dalam ajaran Islam dan filsafat Timur, menekankan pentingnya melepaskan diri dari keterikatan emosional pada hal-hal duniawi. Dalam konteks ini, orang cerdas adalah mereka yang tidak terikat oleh rasa marah, dendam, atau fitnah yang bisa mengganggu ketenangan batin mereka.
6. Teori Charisma dan Kharisma (Charismatic Leadership)
Orang yang berwibawa sering dikaitkan dengan kepemimpinan yang karismatik, di mana mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain tanpa harus bersuara keras atau terlibat dalam konflik. Max Weber mengidentifikasi kharisma sebagai salah satu bentuk kekuasaan di mana pemimpin mendapatkan legitimasi dari daya tarik pribadi mereka.
Dalam hal ini, orang yang “melihat musuh tetapi tidak menoleh” dan “tidak mempedulikan hasad” menunjukkan kharisma yang kuat, di mana mereka tidak membuang-buang energi pada hal-hal negatif dan tetap tenang dalam menghadapi tantangan. [Disadur dari analisa Ulyan Nasri]
Kesimpulan
Sembilan kriteria orang cerdas dan berwibawa yang dijelaskan di atas adalah bentuk kecerdasan emosional, etika, dan kharisma yang berpadu. Individu yang memenuhi kriteria ini tidak hanya cerdas dalam pikiran, tetapi juga bijaksana dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka memiliki kemampuan untuk mengabaikan gangguan eksternal, menjaga hati dan pikiran tetap bersih, serta mengelola emosi dengan baik. Ini membuat mereka tidak hanya berwibawa, tetapi juga menjadi sosok yang dihormati dalam masyarakat.
NASIHAT-NASIHAT MENYEJUKKAN SEBAGAI PENYEMPURNA KECERDASAN:
1]. TIGA PESAN WAJIB PARA ULAMA KEPADA UMMATNYA:
قال :
ينبغى أن يدور كلام العالم بالله مع عامة المؤمنين على ثلاثة امور :
الاول: التذكير بالنعم
والثانى : التزام الطاعة
والثالث: اجتناب المعصية
فكل عالم أخذ يتكلم مع العامة بغير ما يدخل تحت
Nasihat dan fatwah seorang yang alim ketika menyampaikan pesan dan nasihat kepada masyarakat umum hendaknya berkisar pada TIGA hal utama:
Pertama: Mengingat Nikmat Allah swt.
Kedua: Menekankan selalu taat dan bakti kepada Allah swt.
Ketiga: Menjauhi maksiat.
Seorang yang alim yang berbicara di hadapan masyarakat awam selain dari hal yang TIGA ini sebenarnya dia hanya tukang fitnah. [Hikam al-haddadiyah]
2]. TIGA TANDA PARA PENGHASUD- PENDENGKI: KARAKTER PERUSAK KECERDASAN.
من علامات الحاسد:
أن يتملق إذا شهد ويغتاب إذا غاب ويشمت بالمصيبة إذا نزلت [رسالة القشيرية ص. ١٥٦ ج. ١]
Di antara tanda orang yang hasud [iri dengki]:
Pertama: Dia akan memuji berlebihan saat berjumpa, tatap muka, hadir bersama.
Kedua: Menggunjing saat tak bersama, tak ada di hadapannya.
Ketiga: Serta merasa senang saat musibah malapetaka menimpanya.
3]. SEPULUH WAKTU -SITUASI KONDISI PARA MALAIKAT BERDOA UNTUK KALIAN: REFLEKSI MOMENTUM BERDOA DI SAAT YANG TEPAT.
عشرة أحوال تدعو لك فيها الملائكة
١]. عند التوبة
أهم حالة تدعوا لنا فيها الملائكة وهي عند التوبة
كما قال تعالى [ٱلَّذِینَ یَحۡمِلُونَ ٱلۡعَرۡشَ وَمَنۡ حَوۡلَهُۥ یُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَیُؤۡمِنُونَ بِهِۦ وَیَسۡتَغۡفِرُونَ لِلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ۖ رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَیۡءࣲ رَّحۡمَةࣰ وَعِلۡمࣰا فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِینَ تَابُوا۟ وَٱتَّبَعُوا۟ سَبِیلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِیمِ]
[سُورَةُ غَافِرٍ: ٧]
٢]. عند وقوفك فى الصف الأول فى الصلاة.
٣]. عند عيادة المريض
٤]. عند جلوسك فى المسجد بعد الانتهاء من الصلاة.
٥]. عند زيارة اخ لك فى الله
٦]. عند دعائك لأخيك بظهر الغيب
٧]. عند تعليم الناس الخير
٨]. عند نومك على طهارة
٩]. عند تناولك السحور
١٠]. عند الصبر على المصيبة و على الطاعة وعلى المعصية.
Ada sepuluh situasi dan kondisi yang Anda didoakan oleh para Malaikat.
Pertama: Saat bertaubah kepada Allah.
Kedua: Saat Anda duduk di shaff depan saat shalat.
Ketiga: Saat menjenguk orang sakit.
Keempat: Saat Anda duduk saat selesai melaksanakan shalat.
Kelima: Saat Anda menziarahi/silaturrahim kepada temanmu karena Allah.
Keenam: Saat Anda mendoakan saudara/sahabat/kerabat dari jarak/tempat yang berjauhan.
Ketujuh: Saat Anda mengajarkan kebaikan ilmu/amal kepada orang lain.
Kedelapan: Saat Anda tidur dalam keadaan suci.
Kesembilan: Saat Anda Menikmati makan sahur.
Kesepuluh: Saat Anda Sabar dalam menerima musibah, sabar dalam ketaatan dan sabar dalam menghindari maksiat.
4]. SABAR DALAM SEGALA HAL: PENGASAH KECERDASAN EMOSIONAL.
لا تجزعن من المصائب انها
تكفير ذنب واختبار للرضا
فاذا صبرت فقد ربحت مفازة
واذا سخطت فلن تغير فى القضاء[فاطمة بشير]
Jangan merasa kaget dan minder dengan musibah yang menimpamu.
Sesungguhnya musibah itu dapat menjadi penghapus dosa dan mendatangkan rida Allah.
Jika Anda sabar maka anda beruntung dan sukses.
Jika Anda benci dan kecewa, toh juga kekecewaanmu itu tidak bisa merubah keputusan Qadha qadar Allah. [Fathimah Basyir]
خذ القناعة من دنياك وارض بما
واجعل نصيبك منها راحة البدن
وانظر لمن ملك الدنيا باجمعها
هل راح منها من القطن والكفن [الامام على بن ابى طالب كرم الله وجهه].
Ambil secukupnya dari kebutuhan hidup duniawimu dan redhalah dengan apa yang menjadi nasib bagian ketentuan hidupmu.
Jadikan itu menjadi penenang dan penyehat jasmani.
Lihatlah kepada orang yang memiliki kekayaaan duniawi yang bertumpuk-tumpuk.
Namun apakah dia bisa menghindar dari kapas putih dan kain kapan?. [Nasihat Imam Ali bin Abi Thalib].
الموت آت فاملؤوا اوقاتكم
بصناعة المعروف والاحسان
انفاسنا هى راس مال قيم
لا تنفقوه بأخبس الاثمان [رئد جحا]
Kematian itu pasti datang, maka isilah waktu-waktu kalian dengan melakukan kebaikan.
Nafas-nafas ruh kita adalah modal utama yang paling berharga. Maka jangan jual modal kalian itu dengan harga yang buruk. [Syaikh Raid Hija].
5]. MENGARIFI SETIAP PUTARAN MASA ADALAH BENTUK KECERDASAN SPRITUAL, SOSIAL, INTELEKTUAL DAN EMOSIONAL.
صروف الدهر دائرة تدور
فلا بؤس يدوم ولا سرور
ولا مال يدوم ولا صديق
ولا خل يدوم ولا قصور
فلا تاسف على هم قديم
هموم الكون قاطبة ثمور
ولن يبقى قوي دون ميت
لحوم الاسد تأكله النسور
وكل راحل وبلا رجوع
الى لحد تعانقه القبور [الشيخ علاء خلف رحمه الله تعالى].
Perputaran masa terus berputar tanpa henti.
Maka tak ada kesusahan yang terus menerus, begitu juga kesenangan.
Harta juga tak ada yang abadi, begitu juga teman tak ada yang abadi.
Begitu juga keluarga dekat, juga tak ada istana megah yang tak sirna.
Maka jangan merasa putus asa atas kekecewaan dan kegagalan. Sebab kondisi alam semesta ini laksana pucuk buah yang bisa gugur.
Tak akan kekal kekuatan fisik tanpa kematian.
Ingat dagingnya singa bisa dicincang oleh serangga-serangga kecil.
Setiap yang pergi, dan tak akan kembali lagi sebab liang lahat yang dihimpit oleh quburannya. [Syaikh Ala’ Khalaf].
احبب اذا احببت حبا مقاربا
فانك لا تدرى متى انت نازع
وابغض اذا ابغضت بغضا مقاربا
فإنك لا تدرى متى انت راجع
وكن ومعدنا للحلم واصلح عن الاذى
فانك راء ما عملت وسامع [ابو الاسود الدؤلى ]
Mencintailah siapa saja yang anda ingin cintai dengan sewajarnya, sebab anda tak tahu kapan cintamu itu sirna.
Membencilah dengan sewajarnya siapa yang anda ingin benci. Sebab anda tidak tahu kapan cinta itu bersemi kembali.
Jadilah anda sebagai penambang terhadap segala kesabaran dan kasih sayang, dan tetap memberi maaf bagi yang menyakitimu. Sebab anda bisa melihat apa yang anda lakukan dan mendengar segala ucapan. [Syaikh Abul Aswad Addualy].
امسك لسانك ان الصمت منقبة
حتى وان كنت محبوبا خفيف دم
فالصمت يورث اجلالا لصاحبه
وليس شان الفتى فى كثرة الكلم
كم من حديث اتى من غير موضعه
كانت عواقبه فى غاية الندم
من صاحب الصمت فليهنأ براحته
ومن تكلم فليصبر على الالم
Tahan lisanmu sesungguhnya diam itu menyelematkanmu sampai pun engkau orang yang dikagumi, dicintai, disegani.
Sesungguhnya diam itu mewariskan kemuliaan bagi pemiliknya.
Bukanlah urusan anak-anak muda yang banyak bicara, sebab betapa banyak ucapan yang terucap bukan pada tempatnya. Adalah ucapan itu akibatnya pada penyesalan yang mendalam.
Siapa yang berteman dengan orang yang pendiam maka nikmati ketenangannya. Dan yang bersahabat dengan orang yang banyak bicara, hendaklah sabar atas sakitnya akibat banyak ngomong tak ada manfaat.
Demikianlah ungkapan-ungkapan bijak yang dapat kita jadikan sebagai motivasi menjadi manusia yang selalu dekat dengan Allah dalam ibadah, dekat dengan manusia dalam khidmah, dengan keluarga dan masyarakat dalam berkah cinta kasih mahabbah, dekat dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupan dunia akhirah.(*)
Penulis adalah Dosen Pascasarjana UIN Mataram