LOMBOK BARAT, LOMBOKTODAY.ID – Situasi sosial politik di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa pekan terakhir tengah memanas. Aksi-aksi mahasiswa dan masyarakat yang awalnya berlangsung damai, mendadak berubah menjadi luapan amarah yang sulit dibendung.
Hal ini mendapat perhatian serius dari Koordinator Presidium Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Provinsi NTB, HK Ir HL Winengan, M.M, saat dikonfirmasi Senin (1/9/2025).
Winengan menyebut, kebijakan pemerintah serta pernyataan sejumlah elite politik yang sangat sensitif terhadap kondisi rakyat, ikut menjadi pemicu ledakan emosional di lapangan. “Kita saksikan bersama bahwa massa yang sebelumnya terukur dan rasional bisa dalam sekejap berubah menjadi kemarahan. Dan ironisnya, berujung pada jatuhnya korban yang seharusnya tidak perlu terjadi,” kata Winengan.
Sebagai alumni HMI, ia menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga para korban yang ia sebut sebagai “pahlawan demokrasi” dan “pahlawan keluarga”. Namun, ia mengingatkan, jangan sampai semangat perjuangan yang tulus berubah menjadi luka hanya karena emosi tak terkendali.
“Kebebasan berekspresi dijamin konstitusi. Tetapi kalau aksi berubah menjadi ajang pelampiasan emosi, maka yang rugi bukan hanya masyarakat, melainkan juga gerakan itu sendiri. Karena itu, saya minta semua pihak untuk menahan diri,” tegasnya.
Winengan juga menginstruksikan seluruh Majelis Daerah KAHMI di kabupaten/kota se-NTB untuk mengingatkan kader dan pengurus HMI agar lebih bijak dalam menyikapi dinamika politik hari ini. “Perjuangan mahasiswa jangan sampai ternodai oleh tindakan destruktif. Kalau kita tidak bisa menahan emosi, maka pilihan terbaik adalah menahan diri,” katanya.
Winengan menekankan, perjuangan sejati tidak dilihat dari seberapa keras teriakan di jalan, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa dirasakan masyarakat dari perjuangan itu. “Jangan sampai bara emosi justru membakar cita-cita besar kita bersama,” ucapnya.(ham)