LOMBOK TIMUR, LOMBOKTODAY.ID – Ibarat kisah ‘’Ass’habulkahfi’’ yang menghabiskan waktu 360 tahun tidur dalam gua hingga tak sadar bahwa duit bekalnya sudah tidak berlaku alias ‘’batal’’. Nampaknya kisah kafilah zaman batu tua ini layak disematkan kepada kekuatan tokoh Lombok Timur (Lotim) selatan yang kini tengah bangkit dari tidur setelah tersadar melihat potensi SDM Lotim selatan.
Puluhan tokoh Lotim selatan dari berbagai background tersebut berkumpul untuk membangkitkan energi positif membangun ‘’bargaining position’’ demi melihat kondisi masyarakat dan alam kawasan selatan yang memiliki potensi melimpah, baik SDM (sumber daya manusia) maupun SDA (sumber daya alam).
Sejumlah tokoh cendekia antara lain; tokoh agama (Toga), akademisi, politisi, birokrat, praktisi hukum, pemuda, budayawan yang menyebut diri ‘’Forum Tokoh Masyarakat Paer Lauq’’ untuk pertama kali berhimpun melakukan pertemuan/silaturahmi. Sangkep awal bertempat di Ponpes Dhia’ul Fikri, Desa Sukarara, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur, pada Sabtu (8/2/2025). TGH Gunawan Ruslan selaku Pimpinan Ponpes Dhia’ul Fikri ambil inisitif menjadi tuan rumah.
Setelah melalui diskusi panjang lebar sekitar 40-an tokoh yang hadir, sepakat bahwa perhimpunan ini akan dilegalkan menjadi sebuah organisasi formal dan berbadan hukum. Dalam kesempatan pertama akan dibentuk kepengurusan organisasi melalui sistem formatur.
Pertemuan yang dipimpin langsung oleh dua tokoh inisiator perkumpulan, masing-masing Dr H Musa Shofiandy, MM (mantan Wakil Rektor IPDN NTB) bersama Prof Dr H Mansyur Ma’shum, M.Sc (mantan Rektor Unram) sepakat membentuk tim formatur.
Disepakati tim formatur beranggotakan 11 orang dengan menunjuk langsung Prof Dr TGH Fahrurrozi, MA (Direktur Pascasarjana UIN Mataram) selaku ketua tim formatur, TGH Gunawan Ruslan selaku sekretaris. Sedangkan dewan pengarah formatur disepakati 3 tokoh yakni; Prof Dr H Mansyur Ma’shum, Dr H Musa Shofiandy, dan Prof Dr H Agil Al-Idrus.
Selain diskusi soal legalitas dan format forum, berkembang pula menjadi bahasan utama motivasi dan arah tercetusnya ide perkumpulan ini. Dasar pemikiran paling santer berkembang, berbagai persoalan sosial masyarakat wilayah selatan yang banyak sekali belum terangkat padahal kekuatan potensi SDM dan SDA selatan sangat melimpah.
Karenanya, perhimpunan para cendekia ini berhasil menyatukan persepsi serta visi/misi yang pada gilirannya menjadikan wadah tersebut untuk membangun kekuatan posisi tawar ‘’Paer Lauq’’ atau wilayah selatan yang berkembang dan berkemajuan.
Ruang lingkup wilayah yang dicover oleh forum ini telah membatasi diri hanya meliputi tiga kecamatan di selatan yakni Kecamatan Sakra Barat, Kecamatan Keruak dan Kecamatan Jerowaru. Dasar pemikiran sehingga hanya tiga kecamatan, diambil dari sejarah/babat para tetua yakni istilah ‘’Lauq Kawat’’. Konon menurut para tetua dulu, yang dijuluki ‘’Lauq Kawat’’ adalah batas kokoh (batas sungai) atau jembatan Palung hingga wilayah Jerowaru.
Diharapkan formatur bisa lebih cepat mengahsilkan susunan awal kepengurusan. Sedapat mungkin sebelum Ramadan mendatang telah terbentuk kepengurusan pertama, agar forum ini dapat dengan segera dideklarasikan, sehingga eksistensi organisasi bisa mendapat legitimasi baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Dr H Musa Shofiandy selaku inisiator pertama menyebutkan, perhimpunan ini tidak hanya wadah kumpul-kumpul biasa, namun akan banyak menjembatani dan memberikan advokasi masyarakat dalam berbagai persoalan demi mengangkat harkat dan martabat wabil khusus masyarakat selatan (di tiga kecamatan).
Dengan demikian, kata tokoh kelahiran Desa Mendana Raya itu, lembaga ini akan bahu-membahu mendorong dan memperjuangkan para tokoh potensial untuk bisa duduk di berbagai jabatan strategis baik sebagai birokrat, politisi, akademisi, praktisi hukum, pengusaha, dan lain sebagainya mulai dari tingkat daerah hingga nasional.
Musa Shofiandy mengaku masih banyak tokoh dari berbagai latar belakang intelektual yang belum dapat dihimpun untuk bergabung di wadah ini. ‘’Kita masih menginventarisir data-data tokoh selatan yang kini berada di berbai profesi strategis yang belum dicatat meskipun baru 80-an lebih yang sudah bergabung dan masuk WAG,’’ sebutnya.(Kml)