Oleh: Lalu M Kamil Ab │
TOKOH spiritual Bumi Sasak Lombok, Guru Abdul Muqib Mutawalli alias Guru Ukid, kini telah tiada. Namun, kharisma dan jejak hayatnya, masih menjadi perbincangan di kalangan pengikut atau pencintanya.
Bagi masyarakat pencinta atau murid yang merasa berguru kepada putra TGH Mutawalli Yahya Al-Qalimi Jerowaru tersebut, sosok Guru Ukid dipercayanya memiliki banyak kelebihan yang oleh para pencintanya disebutkan sebagai sebuah Qaromah (kekeramatan, dalam istilah Sasak).
Bukan tanpa alasan, banyak cerita di kalangan orang yang sering mendekatkan diri dengan sosok kharismatik itu kadang sering terjadi pada pribadi Guru Ukid akan hal-hal yang di luar nalar bermotif supranatural. Alasan itulah bagi sebagian orang disebutnya sebagai bentuk ”Qaromah”.
Memperkuat hal itu, kelebihan yang ada pada pribadi yang tak pernah memandang remeh orang lain dan selalu membantu orang tersebut, telah memiliki kelebihan tersendiri yang tak dapat didefinisikan secara akal sehat dan kelebihan tersebut ditunjukkan langsung oleh ayah kandungnya sendiri Almagfurullah TGH Mutawalli Yaha Al-Qalimi.
Seperti kesaksian yang pernah dituturkan oleh salah seorang pengikut dekat TGH Mutawalli yaitu TGH Muksin Salim (almarhum), mantan penghulu Desa Sepit, Kecamatan Keruak era 70-an hingga 90-an. Sekitar tahun 1990-an TGH Muksin Salim yang kebetulan adalah keluarga dekat penulis artikel ini pernah menceritakan kesaksian langsung tentang kisah masa kecil Guru Ukid.
Menurut penuturannya, pernah suatu ketika TGH Muksin Salim akan mengiringi TGH Mutawalli Yahya ke sebuah acara yang sangat penting. Pagi-pagi sekitar jam 07.00 Wita, TGH Muksin Salim mengaku sudah standby menunggu di kediaman TGH Mutawalli dan mobil jemputan kiriman Gubernur NTB zaman R Wasita Kusuma sudah menunggu.
Pada saat Almagfurullah TGH Mutawalli keluar kamar hendak berangkat, tiba-tiba entah dari mana keluarnya, Abdul Muqib kecil dan masih umuran bocah telanjang tidur terlentang tepat di pintu depan rumahnya. Melihat hal itu, TGH Mutawalli Yahya membatalkan kepergiannya yang amat sangat penting itu.
Abah Mutawalli hanya bisa berkata, ”Arik Amaq Musa (sapaan TGH Muksin Salim) burung te tao lalo, arak ndek kenak ni mpok ne tindok lek lawang ndek beng te sugul sik guru kodek tie. Terjemahannya, tidak bisa kita pergi, akan ada hal yang tidak kita kehendaki akan terjadi sehingga guru kecil (Guru Ukid, kecil) tidur di pintu tidak memberikan kita keluar,” ungkap TGH Mutawalli seperti dituturkan TGH Muksin Salim alias Amaq Musa.
TGH Muksin Salim menerangkan, saat itu Abah Mutawalli meskipun selaku ayah dari Guru Ukid, entah mengapa, pantang baginya untuk berani melangkahi putranya yang sedang tidur apalagi tidur di pintu.
Konon dari dalam ruang tamu rumahnya, Abah Mutawalli menyuruh supir jemputan utusan Gubernur tersebut untuk kembali ke Mataram seraya titip pesan kepada Gubernur bahwa dirinya (Abah Mutawalli) tidak bisa datang memenuhi undangan Gubernur.(*)