OLEH: H. FAHRURROZI DAHLAN, QH |
Nasihat penting ini dinukil dalam Kitab Tanbíhul Gháfilín h. 207, dengan ungkapan sebagai berikut:
قال بعض الحكماء:
لا تتفكر فى ثلاثة اشياء
لا تتفكر فى الفقر فيكثر همك وغمك ويزبد فى حرصك
ولا تتفكر فى ظلم من ظلمك فيغلظ قلبك ويكثر حقدك ويدوم غيظك ولا تتفكر فى طول البقاء فى الدنيا فتجب الجمع وتضيع العمر وتسوف فى العمل ويقال اصل الورع أن يتعاهد المرأ قلبه لكى لا يتفكر فيما لا يعنيه فكلما ذهب قلبه الى مالا يعنيه عالجه حتى يرده الى ما يعنيه وهو أشد الجهاد وافضله [انتهى كتاب تنبيه الغافلين ص: ٢٠٧].
Seorang bijak berkata: Janganlah kamu memikirkan tiga hal: Jangan memikirkan tentang kemiskinan, karena itu akan menambah kesedihan dan kegemasanmu, serta meningkatkan keserakahanmu. Jangan memikirkan tentang kezhaliman orang lain terhadapmu, karena itu akan mengeraskan hatimu, meningkatkan kebencianmu, dan memperpanjang kemarahanmu. Jangan memikirkan tentang umur panjang di dunia, karena itu akan membuatmu sibuk mengumpulkan harta, menyia-nyiakan umur, dan menunda-nunda amal.
Dikatakan bahwa asal dari sifat wara’ (menjaga diri dari yang haram) adalah memperhatikan hati, agar tidak memikirkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Setiap kali hati cenderung memikirkan hal-hal yang tidak bermanfaat, maka perbaikilah hingga mengarah ke hal-hal yang bermanfaat. Ini adalah jihad yang paling berat dan paling utama.
Nasihat penting ini menekankan pentingnya menjaga hati dari pikiran-pikiran yang tidak bermanfaat dan berbahaya.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing hal yang tidak semestinya dipikirkan terus menerus:
1. Kemiskinan:
Memikirkan tentang kemiskinan dapat membuat seseorang menjadi sedih, gemas, dan serakah. Ini karena pikiran tentang kemiskinan dapat membuat seseorang merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan selalu ingin memiliki lebih. Ini bukan berarti kita harus menjadi orang miskin, tapi bagaimana bisa merubah kemiskinan itu menjadi wasilah tambah dekat kepada Allah, sembari berikhtiar untuk menjadi orang yang hidup sejahtera lahir batin dan tidak mewariskan kemiskinan itu kepada anak cucu kita.
2. Kezhaliman orang lain:
Memikirkan tentang kezhaliman orang lain dapat membuat seseorang menjadi keras hati, benci, dan marah. Ini karena pikiran tentang kezhaliman dapat membuat seseorang merasa tidak adil dan ingin membalas.
3. Umur panjang di dunia:
Memikirkan tentang umur panjang di dunia dapat membuat seseorang menjadi sibuk mengumpulkan harta, menyia-nyiakan umur, dan menunda-nunda amal. Ini karena pikiran tentang umur panjang dapat membuat seseorang merasa memiliki waktu yang lama dan tidak perlu buru-buru melakukan amal.
Nasihat bijak ini juga menekankan pentingnya menjaga hati dari pikiran-pikiran yang tidak bermanfaat dan memperhatikan hati agar tetap fokus pada hal-hal yang bermanfaat. Ini adalah jihad yang paling berat dan paling utama.
KESEMPURNAAN IBADAH TERLETAK PADA ENAM ASPEK UTAMA
قال بعض الحكماء:
تمام العبادة فى صدق النية وتمام صلاح العمل فى التواضع وتمام هذين بالزهد فى الدنبا وتمام هذه كلها بالهم والحزن فى أمر الآخرة وتمام الهم والحزن ملازمة ذكر الموت بقلبك وكثرة التفكر فى ذنوبك [تنبيه الغافلين ص: ٢٠٧]
Seorang bijak berkata: Kesempurnaan ibadah terletak pada kejujuran niat,
Kesempurnaan amal terletak pada kerendahan hati, dan Kesempurnaan keduanya terletak pada zuhud (tidak cinta) dunia. Kesempurnaan semua itu terletak pada kesedihan dan kekhawatiran tentang akhirat, dan Kesempurnaan kesedihan dan kekhawatiran terletak pada selalu mengingat kematian di dalam hati dan banyak memikirkan dosa-dosa.
Nasihat ini menekankan pentingnya beberapa hal untuk mencapai kesempurnaan ibadah dan amal:
1. Kejujuran niat:
Ibadah yang sempurna harus didasarkan pada niat yang jujur dan ikhlas.
2. Kerendahan hati: Amal yang sempurna harus didasarkan pada kerendahan hati dan tidak sombong.
3. Zuhud (tidak cinta) dunia:
Kesempurnaan ibadah dan amal terletak pada zuhud, yaitu tidak cinta dunia dan tidak terlalu terikat dengan kesenangan dunia.
4. Kesedihan dan kekhawatiran tentang akhirat:
Kesempurnaan semua itu terletak pada kesedihan dan kekhawatiran tentang akhirat, yaitu memikirkan tentang kehidupan setelah kematian dan mempertanggungjawabkan amal di hadapan Allah.
5. Mengingat kematian:
Kesempurnaan kesedihan dan kekhawatiran terletak pada selalu mengingat kematian di dalam hati, yaitu memikirkan tentang kematian dan kehidupan setelah kematian.
6. Memikirkan dosa-dosa:
Kesempurnaan semua itu terletak pada banyak memikirkan dosa-dosa, yaitu memikirkan tentang kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dan berusaha untuk memperbaikinya.
Nasihat ini menekankan pentingnya memiliki kesadaran tentang akhirat dan mempertanggungjawabkan amal di hadapan Allah, serta berusaha untuk memperbaikinya dengan melakukan amal yang baik dan meninggalkan dosa-dosa.
Semoga bermanfaat dan menjadi perenungan dalam menghadapi segala persoalan kehidupan.
والله اعلم بالصواب.
Penulis adalah Akademisi UIN Mataram, Pegiat Dakwah Digital, Sosial Kemasyarakatan- Waketum PBNW-DP HIMMAPALA
















